RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran sejarah memiliki peran penting dalam pembangunan kepribadian bangsa. Bahkan bisa dikatakan memegang tanggung jawab yang besar dalam penyadaran rasa nasionalisme bangsa pada masa globalisasi. Era globalisme adalah era terbuka yang menuntut kita membangun kesadaran bahwa warisan sejarah bangsa yang terlukis dewasa ini tercermin dalam struktur social maupun struktur budaya merupakan aspek local yang dikagumi bangsa lain dan tidak boleh dihancurkan tetapi harus direvitalisasi untuk menghadapi Globalisme (Hermanu Joebagio:2017). Kesadaran sejarah diharapkan dapat menimbulkan rasa optimistis dalam menyelesaikan masalah bangsa.
Namun sayangnya kenyataan di lapangan kadang tak seindah harapan. PEMBELAJARAN sejarah terkadang membosankan, terutama saat disampaikan dengan metide ceramah. Padahal melalui pembelajaran sejarah, sangat efektif untuk meningkatkan nasionalisme peserta didik. Hal ini mendorong guru memilih metode pembelajaran yang efektif dalam pencapaian tujuan. Penulis pun memilih metode sosiodrama, maksudnya metode mengajar dengan mendramakan atau memerankan cara tingkah laku di dalam hubungan sosial.
Pada pembelajaran sosiodrama, guru hanya sebagai fasilitator. Tapi guru juga bisa bertindak sebagai aktor, sutradara, atau penonton. Langkah-langkah pembelajaran sosiodrama di SMPN 2 Tirto sebagai berikut, tahap persiapan, penentuan pelaku atau pemeran, tahap permainan sosiodrama, diskusi, dan ulangan permainan.
Pada tahap persiapan, guru menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. Yaitu kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan. Skenario dibuat dengan melibatkan siswa, baik dalam perencanaan maupun pembagian peran. Pembagian peran disesuaikan dengan karakter siswa. Siswa yang tidak mendapatkan peran inti, bisa ditempatkan sebagai pemain pendukung atau bahkan penonton dengan tugas yang dijelaskan terlebih dahulu,
Tahap berikutnya penentuan pemeran. Pada tahap ini, guru membagi kelas menjadi dua kelompok. Kemudian menunjuk beberapa siswa dari masing-masing kelompok untuk mempelajari dan melakonkan skenario 3 hari sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru menjelaskan apa yang harus dilakukan oleh para pemain secara sungguh-sungguh, bagaimana pentingnya menjadi pemeran dalam permainan peran kali ini. Selanjutnya adalah tahap permainan sosiodrama. Pada tahap ini, guru menunjuk kelompok yang akan memainkan peran terlebih dahulu. Kelompok yang tidak bermain, duduk dalam kelompoknya sambil memperhatikan, dan mengamati skenario yang sedang diperagakan. Kelompok siswa yang bermain dipersilahkan untuk mendramatisasikan kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan berdasarkan pendapat dan inisiatif mereka sendiri. Mereka diminta mengeluarkan kemampuan terbaik agar peran yang diberikan bisa maksimal. Setelah kelompok pertama selesai dilanjutkan dengan kelompok berikutnya.
Tahap selanjutnya adalah diskusi. Pada tahap ini, siswa dipersilahkan duduk dan berdiskusi tentang materi yang telah diperankan. Diskusi dipimpin oleh guru dan diikuti oleh seluruh siswa. Materi diskusi adalah tentang drama yang telah diperankan apakah sudah sesuai dengan tema cerita atau belum. Guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk memberikan masukan akan jalannya drama. Tahap selanjutnya adalah ulangan permainan. Pada tahap ini, guru menugasi beberapa siswa untuk mengulang permainan drama dengan perbaikan-perbaikan sesuai dengan evaluasi dalam diskusi. Dengan harapan, tampilan menjadi lebih baik dan maksimal.
Dengan penggunaan metode pembelajaran sosiodrama ternyata minat dan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah terutama pada materi kondisi masyarakat Indonesia pada masa penjajahan lebih baik. Mereka lebih antusias dalam mengikuti pelajaran. Mereka mengeluarkan berbagai macam ide dan kreativitas untuk mendukung drama, bahkan kemudian muncul bakat-bakat terpendam mereka seperti bakat membuat properti dan bakat akting. (pg1/ida)
Guru SMPN 2 Tirto, Kabupaten Pekalongan