RADARSEMARANG.COM, SEJAK pandemi Covid-19, pemerintah melarang para siswa untuk berangkat ke sekolah. Untuk mengganti kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah, pemerintah melalui dinas pendidikan telah memerintahkan adanya kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ) atau pembelajaran berbasis online. Tentu saja hal ini membutuhkan sarana komunikasi seperti smartphone, laptop, tablet, dan perangkat lainnya dengan jaringan internet.
Dalam praktiknya di lapangan, banyak kendala dalam implementasi PJJ. Bagi pelaku pembelajaran di tingkat perguruan tinggi (PT) dan SMA, cara ini tidak begitu bermasalah. Karena sarana dan prasarananya tersedia, bahkan pelakunya mampu mengoperasikan dan menggunakan perlengkapan komunikasi tersebut dengan baik. Berbeda dengan pendidikan tingkat dasar, terutama di SD, masih banyak peserta didik yang tidak memiliki smartphone. Misalkan punya, tidak mampu membeli paket kuota mengingat masih banyak orang tua wali murid yang kurang mampu.
Berdasarkan pengamatan, praktik PJJ di SD masih kurang efektif. Materi yang disampaikan lewat media sosial (WA, youtube, google meet, telegram, dll) masih belum bisa dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Selain itu masih banyak pendidik yang kurang menguasai sistem pembelajaran online. Mereka lebih suka memberikan tugas secara manual dengan menyuruh orang tua siswa atau siswanya sendiri untuk mengambil tugas di sekolah dan mengerjakannya di rumah. Tentu hal ini kurang bijak, mengingat mereka sebagai siswa tak terlayani dengan baik. Karena disuruh mengerjakan tugas tanpa dijelaskan materinya terlebih dahulu. Jadi mereka mengerjakan secara asal yang penting selesai dan tidak ditegur gurunya. Bila hal ini berlanjut terus, akan berdampak negatif terhadap semuanya. Jadi harus ada alteranatif solusi yang tepat dan efektif.
Memang dalam masa pandemi Covid-19, tidak selayaknya mengeluh dan menyalahkan pihak-pihak tertentu. Karena sejatinya pemerintah dan masyarakat juga sudah berusaha dengan berbagai usaha. Bahkan dengan biaya yang tidak sedikit. Secara umum masih bisa melakukan segala akivitas pendidikan dengan lancar dan menghasilkan kualitas pendidikan yang tetap baik walau tidak sebaik dalam kondisi normal. Namun relita di lapangan terkadang tidak seindah ekspektasi kita.
Di sinilah manusia diuji oleh Tuhan YME, apakah akan menyerah dengan keadaan atau tetap maju penuh semangat? Tuhan tidak akan memberikan beban berat dan melampaui batas kemampuan hambanya. Berbaik sangkalah pada Tuhan, pasti ada hikmah besar di balik musibah ini. Mungkin Tuhan ingin menjadikan manusia lebih kreatif dan tahan banting dengan keadaan. Dengan berbagai kesulitan dan tantangan, akan menjadikan manusia berpikir dan bertindak lebih keras serta kreatif mencari solusi. Sekarang zaman serba digital, mungkin saatnya pendidik dan peserta didik mempercepat belajar digital agar tidak ketinggalan dengan kemajuan zaman.
Kemajuan digital tidak bisa dihindari. Bila tidak berbenah, akan ketinggalan dan terbelakang. Jadi mau tidak mau, belajar digital merupakan keharusan. Memang berat bagi pemula, namun dengan kesungguhan dan rutin belajar yang pada akhirnya tetap bisa menguasai. Meski terkendala dalam sistem pembelajaran berbasis online, tetap jadi pilihan utama. Sehingga pendidik seyogyanya memiliki kemampuan menyiapkan pembelajaran online yang menarik dan mudah dipahami peserta didik. Untuk menyiapkan ini, tentunya dibutuhkan kreativitas dan keuletan dari pendidik itu sendiri. (ce3/ida)
Guru SDN 03 Rogoselo, Kecamatan Doro, Kabupaten Pekalongan