31 C
Semarang
Wednesday, 18 June 2025

Pembelajaran Informatika Aktifkan Kolaborasi Peserta Didik

Oleh: Mulyanto, S.T

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Dalam proses pembelajaran Informatika, peserta didik dapat memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia untuk digunakan sebagai sarana kolaborasi dalam pembelajaran. Salah satu aplikasi yang dapat dimanfaatkan dalam aktivitas pembelajaran khususnya kolaborasi peserta didik yaitu aplikasi web jejaring sosial (Social Network) seperti WhatsApp, Instagram, Facebook, Twitter dan lain sebagainya. Selain itu fasilitas Google Meet dan E-Mail (Electronic Mail) juga sangat membantu dimana peserta didik dapat berkomunikasi dengan sesama peserta didik, dengan guru bahkan dengan stakeholder lain yang dapat membantu proses pembelajaran daring.

Sebagai contoh, dengan menggunakan email peserta didik dapat mengirimkan hasil tugas-tugas yang diberikan oleh gurunya dengan mengirimkan file-file lampiran tugas-tugasnya. Berbagai media komunikasi yang ada di dunia maya tidak hanya sekedar aplikasi yang hanya dapat digunakan untuk berkomunikasi dengan teman, mencari teman update status dan lain sebagainya, tetapi dapat juga dimanfaatkan dalam pembelajaran daring. Web jejaring sosial dapat bermanfaat sebagai media untuk melakukan diskusi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang tentunya akan semakin lebih menyenangkan dan mengasyikkan.

Pembelajaran Informatika di SMP Negeri 2 Tengaran berorientasi mengaktifkan peserta didik untuk dapat belajar bekerjasama (collaborative) satu sama lain. Peserta didik dapat terlibat aktif dengan memanfaatkan fasilitas Informatika seperti Google Meet dan juga dapat saling berkirim e-mail misalnya untuk mendiskusikan bahan ajar. Selain mengerjakan tugas-tugas pembelajaran dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan guru, peserta didik dapat berkomunikasi dengan teman sekelasnya (classmaters).

Pembelajaran Informatika dengan memanfaatkan platform-platform pembelajaran digital yang memungkinkan pengguna-penggunanya berperan secara egaliter. Platform sederhana untuk pekerjaan kolaborasi seperti Google Drive, Dropbox, dan Microsoft OneDrive sering digunakan untuk menyimpan dan memperbarui dokumen agar bisa diakses oleh peserta didik dengan mudah. Platform yang lebih lengkap seperti dalam Google Docs memungkinkan kolaborasi secara langsung di internet dalam proses perubahan tanpa harus diunduh atau diunggah terlebih dahulu. Selain itu layanan awan (cloud services) juga menjadi alternatif yang menjadikan setiap orang tidak harus menginstal software aplikasi di komputer bahkan tidak harus memiliki komputer untuk bekerja.

Pengunaan perangkat lunak berbasis web yang berfungsi untuk menyusun buku digital dengan menggunakan Content Management System (CMS) sebagai platform dasarnya juga dapat dimanfaatkan dengan baik. Penggunaan CMS memungkinkan setiap orang yang terdaftar dapat menjadi bagian dari penulis bersama. Tidak hanya tulisan untuk bab yang berbeda, tetapi juga tulisan untuk bab yang sama dapat dikerjakan secara bersama-sama. Platform lainnya untuk pengembangan permainan digital secara bersama- sama juga dapat dilakukan melalui perangkat lunak pembuatan game yang terhubung dengan penyimpanan online. Guru dapat merancang proses pembelajaran dengan sekreatif dan seinovatif mungkin sehingga menjadikan peserta didik interest dalam proses pembelajaran daring.

Begitu juga dengan perangkat lunak Learning Management System (LMS) yang dapat diintegrasikan dengan fitur Sharable Content Object Reference Model (SCORM) dalam pembelajaran kolaboratif. Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh Wenworth (2014) pada beberapa perusahaan, pembelajaran kolaboratif dengan teknologi ternyata dapat meningkatkan fokus antara 73 persen sampai dengan 83 persen. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif pada dampak pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan teknologi. Pembelajaran Informatika berbasis kolaboratif dengan teknologi akan menjadi aktivitas pembelajaran menjadi semakin dibutuhkan. Integrasi teknologi dalam perkembangannya telah mengubah cara guru mengajar dan cara peserta didik belajar. Integrasi teknologi dalam lingkungan pembelajaran berkompensasi pada perencanaan dan perancangan lingkungan belajar agar sesuai dengan teknologi yang ingin digunakan.

Proses pembelajaran daring dapat menjadikan guru untuk lebih mengembangkan kompetensinya sehingga tidak hanya menyuguhkan tugas-tugas saja kepada peserta didik dan peserta didik juga hanya asal-asalan dalam mengerjakan, namun lebih dalam lagi dengan pembelajaran daring ini peserta didik mampu menguasai materi dengan baik dan semakin mempunyai keterampilan menyelesaikan masalah apabila mengalami hambatan dalam pembelajaran dengan saling berkolaborasi.

Seperti kondisi saat ini yang sedang terjadi, semua lembaga pendidikan menyelenggarakan proses pembelajaran secara daring. Untuk mata pelajaran yang bersifat teoretis hal ini mungkin akan sangat berbeda dengan mata pelajaran yang membutuhkan praktek seperti halnya pelajaran Informatika. Jika pembelajaran daring tidak dikemas dengan menarik akan membuat peserta didik menjadi semakin bosan dan tidak antusias dalam mempelajari materi pembelajaran dan sebagai dampak akhir peserta didik tidak akan memahami dan mengerti tentang materi pelajaran. Pembelajaran Informatika sendiri sangat diharapkan dapat mengaktifkan peserta didik dalam berkolaborasi, sehingga hal-hal yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran dapat teratasi dengan baik. (ti2/aro)

Guru Informatika SMP Negeri 2 Tengaran


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya