RADARSEMARANG.COM, Permasalahan klasik yang muncul dalam lingkungan sekolah adalah kurangnya kesadaran menempatkan sampah pada tempatnya, dengan istilah lain masih buang sampah sembarangan. Walaupun sekolah sudah menyiapkan slogan-slogan yang mengajak para siswa untuk menjaga kebersihan, membuang sampah pada tempatnya,dan juga anjuran kurangi pemakaian sampah plastik. Namun masih saja muncul terpaparnya sampah di sekolah, terutama sampah plastik yang memang penggunaannya sangat simpel. Belajar dari permasalahan yang muncul perlu strategi atau metode yang jitu, sehingga lebih optimal. Tentu kita tidak mau sekolah kita menjadi kotor, kumuh dan penuh dengan sampah. Oeh karena itu, perlu sebuah tindakan yang terprogram, sehingga penanganan kebersihan sekolah bisa lebih optimal.
Kebersihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat supaya tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain (http://id.wikipedia. org/wiki/kebersihan). Menurut Retno Mardhiati Adhiwiryono, salah satu pesan kesehatan dalam rangka pembinaan hidup sehat bagi anak usia dini adalah menjaga kebersihan lingkungan sekolah dengan membuang sampah pada tempat sampah yang tersedia dan mengupayakan kebersihan di ruangan kelas dan sekitar halaman. (www.uhamka.ac.id/?page=download_artikel&id=26).Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Dalam hal ini SD Negeri 3 Jungsemi yang mulai berubah dengan metode OPOC (One Person One Contain).
Penulis yang merupakan Kepala SD Negeri 3 Jungsemi menjalankan program OPOC. Kalau diterjemahkan satu orang satu wadah. Metode tersebut terbukti berhasil, dengan kondisi sekolah berubah signifikan, dari yang banyak terpapar sampah-sampah berserakan ketika akhir pelajaran, kesadaran siswa juga menjadi tumbuh, dan lebih mencintai lingkungannya, dan yang lebih membanggakan jauh dari sampah plastik yang notabene 100 tahun belum tentu terurai. Apabila dibakar juga sangat menyesakkan pernapasan kita semua, tidak baik untuk kesehatan pernapasan kita. Kecuali itu yang semula tumpukan sampah kurang lebih beratnya 250 kg tiap bulan (Sampah plastik dan campuran) berubah total kurang dari 50 kg per bulan.Ini langkah pasti tentunya perlu dilanjutkan, walaupun perlu banyak penyempurnaannya.
Sedangkan pelaksanaannya metode OPOC adalah: Pertama, perlu sosialisasi serta memberikan edukasi kepada semua warga sekolah tentang bahaya sampah plastik terhadap lingkungan. Kedua, anak diwajibkan membawa tempat makan dan minum dari rumah yang sudah bersih dan sehat. Ketiga, kerja sama dengan pengelola kantin (penjual kantin) untuk tidak menggunakan bungkus serta jajanan yang terbungkus oleh plastik. Keempat, penanaman kebiasaan siswa untuk membawa wadah sampah, sehingga masing-masing siswa pastikan membawa wadah sampah sesuai dengan kebutuhannya.
Selain itu, juga dibentuk satuan kerja kebersihan sekolah yang menangani langsung tentang pelaksanaan OPOC, sehingga pelaksanaan lebih optimal. Tim kerja tersebut terdiri atas Tim Kerja sekolah yang dipimpin langsung oleh kepala sekolah, yang anggotanya guru juga tenaga kependidikan (penjaga sekolah). Juga dibentuk tim satuan kerja kebersihan kelas yang dipimpin langsung oleh wali kelas, anggotanya terdiri atas anggota di masing-masing kelas. Dengan demikian pelasanaan metode ini bisa maksimal.
Lingkungan merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan minat dan merangsang mereka untuk berbuat dan membuktikannya. Sehingga perlu dukungan lingkungan yang bersih. Perencanaan program metode OPOC disusun dan dimusyawarahkan bersama komite sekolah SD Negeri 3 Jungsemi beserta tokoh masyarakat, serta pemangku kepentingan terkait, kemudian disosialisasikan kepada seluruh siswa perencanaan metode OPOC, meliputi penyusunan program kegiatan, dan penyususnan anggaran, dan sumber dana kegiatan. Sedangkan pelaksanaan sesuai dengan tujuan untuk memberikan pendidikan karakter peduli lingkungan, telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan. Strategi yang digunakan dalam program ini adalah pembiasaan dengan transformasi budaya sekolah melalui pengkondisian lingkungan sekolah bersih, kegiatan yang dilaksanakan secara rutin, kegiatan yang terprogram, dan perlu keteladanan guru, penjaga dan kepala sekolah. (ti2/aro)
Guru SD Negeri 3 Jungsemi