26 C
Semarang
Wednesday, 18 December 2024

Teori Kondisioning dan Implementasinya dalam Pendidikan Agama Islam

Oleh :Siti Maemonah, S.Pd.I

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Psikologi pendidikan memiliki peranan yang penting dalam mendampingi dan membimbing guru dalam mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Kebermanfaatan psikologi pendidikan dalam pembelajaran adalah adanya prinsip-prinsip psikologi dalam dunia pendidikan yang dapat digunakan oleh pendidik dalam membantu siswa mendapatkan pengalaman-pengalaman belajar untuk membangun kepribadian, kematangan, dan kedewasaan Fildman, Robert, S (Pengantar Psikologi, 2012).

Perkembangan ilmu psikologi berperan penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional di Indonesias ini. Berbagai bentuk landasan psikologi ini menunjang proses pembelajaran bagi peserta didik, merasa senang ketika di dalam kelas tercapai kondisi efektif dan efisien. Tercapainya tujuan atau kompetensi yang menunjukkan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan. Hal ini menyebabkan munculnya teori-teori pembelajaran menjadi bekal arahan pada peserta didik.

Teori pembelajaran yang dikemas secara konsep yang praktis sehingga lebih memahami akan maksud istilah yang ada yaitu teori kondisioning. Ciri khas pembelajaran ini adalah bahwa stimulus berkondisi menghasilkan respon setelah pengalaman yang dihasilkan oleh stimulus tidak berkondisi sebelumnya.

Teori-teori belajar yang dikembangkan beberapa tokoh telah mengalami tingkat perkembangan yang sangat pesat. Masing-masing tokoh memiliki dasar dan sudut pandang yang berbeda sesuai latar keilmuannya. Seperti teori kondisioning yang mana unsur dasar pengkondisian sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Hal ini dikemukakan oleh beberapa tokoh di antaranya Ivan Pavlov, B.F.Skinner dan Watson.

Dalam penggunaan teori kondisioning pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Getasan guru PAI menerapkan dalam materi Iman kepada Allah melaui Asmaul Husna di kelas X semester ganjil. Dalam materi ini guru memberikan stimulus melalui kebiasaan dengan membaca Asmaul Husna tiap pagi sebelum pemberlajaran. Dengan demikian apabila anak didik terbiasa mendengar, melafalkan maka mereka akan menjadi cepat menghafal. Selanjutnya di dalam pembelajaran materi tersebut, guru akan lebih mudah mengenalkan Asmaul Husna ke peserta didik dengan mudah.

Tahapan selanjutnya adalah mengulang hafalan materi tersebut secara kelompok dengan arti dan pengertian yang bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Tiap kelompok terdiri dari 5 siswa yang masing-masing mempunyai tugas menghafal per siswa 3 Asmaul Husna yang siap dipresentasikan di depan kelas. Ketika awal dilakukan dalam pembelajaran kendalanya adalah siswa kesulitan menyampaikan arti dan penjelasan yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena proses pengulangan yang dilakukan oleh beberapa siswa akhirnya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Berikutnya dilanjutkan dengan dalil Alquran yang berkaitan dengan sifat Allah tersebut dan siswa diminta mengalisis tajwid. Penggunaan teori kondisioning bisa langsung diterapkan dengan stimulusnya guru memberikan teori menghafal pada ilmu tajwid dasar. Misalkan untuk mengingat bacaan idghom bighunnah itu apa saja yaitu dengan mengingat apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf berikut : ya, nun, mim dan wawu tetapi disingkat agar mudah diingat dengan yanmu. Begitu juga dengan yang lain misal bacaan Qalqalah dengan menyingkat huruf : ba, jim, dal, tha dan qa menjadi bajuditoko.

Dengan demikian, memberikan pengetahuan tentang konsep teori pembelajaran dimana pembelajaran itu berlangsung dilihat dari aliran teori kondisioning, adalah memberikan siswa dapat memahami pentingnya upaya pemahaman konsep pembelajaran yang efektif dan efisien, lingkungan belajar menjadi menyenangkan, kompetensi tercapai dan apa yang diinginkan siswa terwujud.

Teori kondisioning ini hanyalah salah satu dari berbagai macam teori pembelajaran yang ada. Jadi guru bisa menerapkan dengan teori-teori yang lain sehingga siswa tidak akan merasa jenuh dalam pembelajaran dan mereka menerima pembelajaran dengan suka cita. Jadikan kita guru yang selalu ditunggu siswa untuk bertemu dan jangan jadi guru yang membuat siswa menjadi jemu. (pg1/lis)

Guru PAI SMA Negeri 1 Getasan, Kabupaten Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya