RADARSEMARANG.COM, GURU yang profesional diharapkan mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, berjiwa sosial, serta berkepribadian yang baik.
Agar pendidik dapat melaksanakan tugasnya dalam memberikan layanan pendidikan/pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didik, wajib bagi pendidik untuk selalu melakukan kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan guna mendukung pengembangan profesi bagi pendidik sesuai dengan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Salah satu model pembelajaran yang berorientasi HOTS dan disarankan dalam implementasi Kurikulum 2013 adalah Discovery Learning. Model ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah dapat mengembangkan kognitif siswa dan memperbanyak penguasaan ketrampilan; pengetahuan yang diperoleh dengan caranya sendiri sehingga siswa menjadi lebih mandiri dan dan dapat berpikir lebih luas; dapat menyesuaikan kemampuan siswa itu sendiri; mengarahkan siswa untuk dapat bergerak maju dan meningkatkan motivasi diri dalam belajar; meningkatkan rasa percaya diri melalui penemuan penemuannya. Selain itu, meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru, cepat memahami konsep, arti, dan hubungan melalui proses dan sampai pada kesimpulan.
Kekurangan metode discovery, antara lain, diperlukan persiapan mental dalam proses belajar ini, metode ini baik untuk kelas kecil. Model ini merupakan model pembelajaran yang mengedepankan strategi pembelajaran dengan menggunakan masalah dari dunia nyata sebagai konteks peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial dari materi yang dipelajarinya.
Di SMPN 2 Susukan, metode ini diterapkan untuk kelas VII dalam pembelajaran descriptive text, materi adjective, guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar secara aktif. Bahan ajar diberikan pada awal dalam bentuk gambar, dan kata–kata yang berhubungan dengan sifat manusia, hewan dan benda, sehingga peserta didik dapat menemukan kata-kata sifat yang berhubungan dengan gambar yang disajikan. Bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir, tetapi peserta didik dituntut melakukan serangkaian kegiatan mulai dari mengumpulkan informasi sampai dengan membuat kesimpulan dari materi yang disajikan. Meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan transfer knowledge. Setelah membaca, memahami, dan mendiskusikan teks deskriptif, dalam materi adjective, peserta didik tidak hanya mampu mengidentifikasikan isi teks deskriptif. Selain itu, mampu menjelaskan ciri umum dan menyimpulkan isi teks deskriptif. Kemampuan ini tentunya sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan menerapkan Discovery Learning (DL), peserta didik tak hanya belajar dari teks tulis, tetapi juga dari video serta diberikan kesempatan terbuka untuk mencari data, materi dari sumber lainnya. Kekurangmampuan pendidik dalam membuat video pembelajaran dapat diatasi dengan mengunduh video sesuai dengan KD yang akan diajarkan baik dari youtube maupun dari Rumah Belajar.
Dengan menggunakan model Discovery Learning hasil kegiatan pembelajaran di kelas VII SMPN 2 Susukan pemahaman siswa lebih meningkat dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran yang lain. (pg1/ida)
Guru Bahasa Inggris SMPN2 Susukan