27 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Belajar Membaca Puisi lebih Menarik dengan Medote Imod

Oleh : Eni Setiyani, S.Pd.SD., M.Si

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, MEMBACA puisi di depan kelas bagi siswa sekolah dasar itu hal yang sangat ditakutkan dan belum bisa membaca sesuai ketentuan membaca puisi yang benar. Ada dua faktor yang menyebabkan hal tersebut yaitu internal dan esternal. Faktor internal di antaranya siswa kurang berani membaca puisi di depan umum, siswa kesulitan dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya yang mengakibatkan siswa dalam membaca puisi pun dengan tersendat-sendat dan kurangnya rasa percaya diri siswa ketika harus tampil di depan umum. Siswa seringkali tidak yakin dengan kemampuan membaca puisi ketika tampil di depan.

Faktor eksternal di antaranya pemilihan teknik dan metode. Teknik dan metode yang dipilih kurang kurang variatif, tidak didasarkan atas identifikasi terhadap potensi belajar, keterampilan siswa, keadaan siswa, dan keinginan siswa dalam pembelajaran.
Dalam hal ini guru hanya menggunakan metode ceramah atau penugasan dan tidak berusaha mengganti dengan metode lain, yang menyebabkan siswa kurang berminat mengikuti pembelajaran yang dilakukan.

Metode imitasi atau peniruan adalah metode penyampaian yang digunakan guru-guru terutama di TK dan SD. Metode peniruan ini dibagi menjadi dua yaitu imam (anak diajarkan secara keseluruhan dengan arah hadap yang sama) dan ngede (menirukan gerakan yang diajarkan guru yang berlawanan arah/anak seperti bercermin di kaca). Secara umum metode meniru mempunyai tujuan untuk membentuk kebiasaan, tingkah laku, keterampilan, sikap dan keyakinan.

Pembelajaran dengan menggunakan pemodelan adalah suatu pembelajaran yang menggunakan media seorang model. Dengan memberikan contoh melakukan sesuatu, diamati oleh siswa, dan kemudian siswa mampu melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan model tersebut. Model yang dipilih pun dapat berupa guru, pakar, atau siswa yang mampu mencontohkan keterampilan tertentu.

Metode Imod ada empat langkah yang pertama yaitu berdiskusi tentang isi puisi. Puisi merupakan karya sastra yang padat, artinya penggunaan kata dan kalimat terbatas. Interprestasi ini berguna dalam menafsirkan makan maupun maksud di dalamnya. Jika interprestasi puisi sudah didapat, tentunya akan memudahkan pembaca dalam menafsirkannya sehingga penghayatan pada saat membaca sesuai dengan isi yang terdapat dalam puisi.

Memberi tanda jeda dan pemenggalan kalimat merupakan langkah yang kedua metode Imod. Pemberian tanda jeda berguna untuk menegaskan makna yang terkandung dalam puisi. Penggunaan jeda yang salah dapat menimbulkan penafsiran berbeda dengan yang terdapat dalam puisi. Gerakan yang mendukung. Untuk langkah yang ketiga mengamati model. Siswa tentunya ingin tahu seperti apa cara membaca puisi yang benar. Maka dari itu, diperlukan tampilan model yang mendukung. Pemilihan model ini harus benar-benar cermat. Jika model membaca puisi yang salah, maka akan berdampak pada cara membaca siswa yang salah pula. Selanjutnya, siswa kurang tertarik lagi dengan kegiatan membaca puisi.

Meniru model sebagai langkah yang keempat. Model akan membaca larik per larik dalam puisi dengan gerakan dan penjiwaan yang sesuai. Siswa akan menirukan secara berulang-ulang. Jika dalam satu larik sudah sesuai dan dianggap baik, model dapat melanjutkan ke larik yang lain. Dalam peniruan model ini dilakukan dengan cara imam dan ngede. Kegiatan imam delakukan dengan cara menghadap model sedangkan ngede dilakukan dengan cara membelakang model atau siswa lain.

Penerapan metode Imod dalam membaca puisi sangat berhasil. Siswa lebih aktif selama pembelajaran, lebih berfokus terhadap penjelasan guru dan berdisiplin dalam tugas, lebih percaya diri dan saling menghargai dalam kegiatan membaca puisi dengan jujur memberikan penilaian teman saat temannya membaca puisi di depan kelas. (pg1/lis)

Guru SD Negeri 04 Purwosari, Kec. Comal, Kabupaten Pemalang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya