RADARSEMARANG.COM, Matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah dalam kehidupan sehari-hari dan dalam dunia kerja. Serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Susanto, 2013:185). Oleh karena itu, matematika menjadi sangat penting untuk diajarkan sejak di sekolah dasar (SD). Namun kenyataannya, penguasaan matematika di sekolah dasar masih menjadi permasalahan. Seperti yang terjadi pada siswa kelas VI SD Negeri Campurejo Temanggung. Dari hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran matematika terutama pada operasi hitung bilangan bulat, antusiasme siswa masih sangat rendah. Siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran operasi hitung bilangan bulat, 60 persen siswa kelas VI atau yang berjumlah 30 siswa, memiliki nilai di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70.
Siswa kelas VI SD Negeri Campurejo Temanggung termasuk yang cukup aktif dalam proses pembelajaran. Tetapi khusus dalam pembelajaran matematika operasi hitung bilangan bulat, siswa masih kurang aktif. Untuk itu guru mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Harapannya, siswa lebih aktif dalam belajar dan mempunyai semangat belajar yang tinggi. Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok beranggotakan empat orang yang memiliki kemampuan yang berbeda namun saling berinteraksi antar-anggota kelompok tetapi dalam evaluasi pembelajaran kemandirian ditekankan pada setiap anggota kelompok.
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang diadaptasi dari Slavin (2008) adalah sebagai berikut: presentasi kelas, kelompok, pemberian kuis, skor perkembangan individual, penghargaan kelompok.
Strategi pembelajaran kooperatif model STAD menekankan pada kerja kelompok dan tanggung jawab bersama dalam mencapai tujuan dan adanya saling interaksi diantara anggota kelompok belajar. Ciri terpenting dalam model pembelajaran STAD adalah kerja tim/kelompok.
Dapat disimpulkan, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok beranggotakan empat orang yang memiliki kemampuan yang berbeda namun saling berinteraksi antar-anggota kelompok tetapi dalam evaluasi pembelajaran kemandirian ditekankan pada setiap anggota kelompok.
Kelebihan model pembelajaran STAD sebagai berikut: pertama, setiap anggota kelompok mendapat tugas. Dua, adanya interaksi langsung antarsiswa dalam kelompok. Tiga, melatih siswa mengembangkan keterampilan sosial (social skill). Empat, membiasakan siswa menghargai pendapat orang lain. Lima, meningkatkan kemampuan siswa dalam berbicara dan berbuat, sehingga kemampuan akademiknya meningkat. Enam, memberi peluang kepada siswa untuk berani bertanya dan mengutarakan pendapat. Tujuh, memfasilitasi terwujudnya rasa persaudaraan dan kesetiakawanan.
Sedangkan kelemahannya, pembelajaran menggunakan model ini membutuhkan waktu yang relatif lama, dengan memperhatikan tiga langkah STAD yang menguras waktu seperti penyajian materi dari guru, kerja kelompok dan tes individual/kuis, sehingga sulit mencapai target kurikulum.
Model ini memerlukan keahlian khusus dari guru. Guru harus bisa jadi mediator, fasilitator, motivator dan evaluator. Dengan kata lain tidak semua guru mempunyai kemampuan sama. Namun, itu bukan suatu kekurangan, hanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran.
Diharapkan dalam kegiatan belajar mengajar dapat memilih pendekatan pembelajaran yang tepat agar memicu semangat dan aktivitas belajar siswa. Seperti pendekatan pembelajaran model kooperatif tipe STAD yang dapat menciptakan suasana belajar yang aktif. Guru juga dapat menerapkan pendekatan pembelajaran model kooperatif tipe STAD pada materi-materi yang dianggap sesuai. Hasil belajar siswa akan lebih meningkat jika guru menggunakan pendekatan pembelajaran tersebut karena dapat meningkatkan hasil belajar dalam penguasaan materi siswa. (dm1/lis)
Guru SD Negeri Campurejo, Tretep, Kabupaten Temanggung