RADARSEMARANG.COM, PANDEMI Covid-19 yang terjadi saat ini, mengubah pembelajaran yang semula dilakukan secara tatap muka, menjadi pembelajaran daring. Hal ini dilakukan pemerintah untuk mengurangi penyebaran virus Covid-19. Tidak dipungkiri, rasa bosan dan jenuh pasti dirasakan sebagian siswa-siswi SMP Negeri 20 Semarang.
Narative text adalah jenis teks yang menceritakan suatu rangkaian peristiwa secara kronologis yang saling terhubung. Sebagai cerita khayal, narative text belum tentu benar. Sebab hal tersebut hanya berdasarkan imajinasi dari seseorang atau sekelompok masyarakat yang tidak terbukti kebenarannya. Ciri-ciri narative text adalah, 1) menceritakan masa lalu. 2) Memakai noun (kata benda) untuk menggantikan kata ganti hewan, orang, benda dalam cerita. 3) Lebih merupakan cerita rakyat dan berkembang di masyarakat. 4) Unsur cerita terdiri atas setting waktu serta tempat, tema cerita, tokoh cerita, suasana dan konflik serta penyelesaiannya. 5) Disusun dalam sebuah rentetan cerita sederhana.
Sedangkan pembelajaran Role Playing adalah metode pembelajaran yang di dalamnya terdapat perilaku pura-pura (berakting) dari siswa sesuai dengan perang yang telah ditentukan, dimana siswa menirukan situasi dari tokoh-tokoh sedemikian rupa dengan tujuan mendramatisasi dan mengekspresikan tingkah laku, ungkapan gerak-gerik seseorang dalam hubungan sosial antarmanusia. Metode bermain peran dapat menimbulkan pengalaman belajar seperti kemampuan kerjasama, komunikatif dan mengintrepretasikan suatu kejadian. Melalui bermain peran, siswa mencoba mengeksplorasi hubungan antarmanusia dengan cara memperagakannya. Tangdilintin (2008) menyatakan bahwa metode role playing dapat disebut sebagai sosiodrama. Dia menyatakan bahwa metode ini dapat menunjukkan dampak dari tekanan yang diberikan ke orang lain, mampu menunjukkan suatu kondisi kehidupan yang nyata, dan menghentikan sementara suatu drama secara tepat untuk mencari tahu dan merefleksikan perasaan yang ditunjukkan oleh peran tersebut.
Fatmawati (2015) menyatakan role playing atau bermain peran merupakan suatu model pembelajaran yang meminta siswa untuk melaksanakan suatu peran sesuai dengan skenario yang telah disusun. Tujuannya untuk mencapai kompetensi yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Banyaknya aplikasi yang berkembang saat ini memudahkan untuk berkomunikasi, salah satunya WhatsApp. Sebuah aplikasi pesan yang dapat digunakan untuk mengirim dan menerima pesan, panggilan dan panggilan video (Video Conferencing WhatsApp). Kelebihan dari Video Conferencing WhatsApp adalah tidak hanya bisa melakukan video call dengan satu orang, tetapi bisa dilakukan dengan empat orang. Group video calling WhatsApp ini juga tidak sulit digunakan oleh kebanyakan orang.
Untuk itu, penulis mencoba menggabungkan ketiga aspek di atas dalam “Metode Role Playing melalui Daring untuk Pembelajaran Narative Text” untuk kelas IX SMP Negeri 20 Semarang. Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa adalah pertama, guru mempersilahkan siswa membentuk kelompok. Kedua, setelah kelompok terbentuk, siswa dapat berdiskusi secara daring untuk menentukan cerita yang akan dipresentasikan melalui metode Role Playing. Ketiga, setelah siswa-siswi siap mempresentasi tugasnya, mereka melakukan group video calling bersama kelompoknya yang berjumlah tiga orang ditambah guru. Mereka bermain peran sesuai dengan cerita yang sudah mereka persiapkan sebelumnya. Disini guru berperan sebagai penonton sekaligus memberikan nilai pada hasil penampilannya. Dengan demikian, para siswa dapat belajar bermain peran dengan tatap muka, meskipun melalui daring. Selain itu, mereka dapat melepas rasa bosan dan jenuh setelah lama tidak berjumpa. Semoga pembelajaran ini menjadi salah satu pembelajaran yang menyenangkan di masa pandemi Covid-19 dan semoga bermanfaat. (ti1/ida)
Guru Bahasa Inggris SMP Negeri 20 Semarang