RADARSEMARANG.COM, Tujuan pembelajaran pada masa lalu ini tampak lebih mengutamakan pada pentingnya penguasaan bahan bagi siswa dan pada umumnya yang dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher-centered). Namun seiring dengan pergeseran teori dan cara pandang dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang semula lebih memusatkan pada penguasaan bahan, selanjutnya bergeser menjadi penguasaan kemampuan siswa atau biasa dikenal dengan sebutan penguasaan kompetensi atau performansi. Dalam praktik pendidikan di Indonesia, pergeseran tujuan pembelajaran ini terasa lebih mengemuka sejalan dengan munculnya gagasan penerapan kurikulum.
Teknologi zaman sekarang sangatlah modern, di internet kita bisa mencari apa yang kita inginkan atau ketahui. Untuk menjawab tantangan ini dalam dunia pendidikan kedudukan dan peran guru adalah sangat menentukan. Guru adalah orang yang ada di garis terdepan pada proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran membaca permualaan pada tema “Bentuk, Waktu, Ukuran dan Tempat” pada SDN 02 Wonorejo Kulon kelas I ini peserta didiknya kurang bersemangat dalam belajar. Sehingga mempengaruhi materi selanjutnya dan mendapatkan hasil belajar yang kurang maksimal.
Oleh sebab itu, penulis mengubah model pembelajaran konvensional menjadi model make a match, merupakan model pembelajaran yang dikembangkan Loma Curran. Ciri utamanya adalah siswa diminta mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban atau pertanyaan materi tertentu dalam pembelajaran. Salah satu keunggulan teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia (Shoiman, 2014: 98).
Adapun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran make a match menurut Aqib zainal (2013 : 23) adalah sebagai berikut: pertama, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review (satu sisi berupa kartu soal dan sisi sebaliknya berupa kartu jawaban). Kartu yang berkaitan dengan materi. Kedua, setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang. Ketiga, siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (kartu soal atau kartu jawaban). Keempat, siswa yang dapat mencocokan kartu nya sebelum batas waktu diberi poin. Kelima, setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. Keenam, kesimpulan. Tahapan-tahapan pelaksanaannya antara lain : guru membagi siswa menjadi 3 kelompok siswa. Kelompok pertama merupakan kelompok pembawa kartu- kartu berisi pertanyaan-pertanyaan. guru membunyikan peluit sebagai tanda agar kelompok pertama dan kedua bergerak mencari pasangan nya masing–masing sesuai pertanyaan atau jawaban yang terdapat di kartunya. Berikan kesempatan pada mereka untuk berdiskusi, diskusi dilakukan oleh siswa yang membawa kartu yang berisi jawaban. Pasangan yang telah terbentuk wajib menunjukan pertanyaan dan jawaban kepada kelompok penilai.
Dengan diterapkannya model make a match ini pada siswa kelas I maka ada perubahan secara signifikan. Yaitu peserta didik dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik. Dapat meningkatkan motivasi belajar, melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar. Sehingga berpengaruh besar pada nilai harian siswa. (ti1/lis)
Guru Kelas I SDN 02 Wonorejo, Kec. Kajen, Kabupaten Pekalongan