32 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Ayo Kenalilah Lingkungan Sekolah Kita

Oleh: Eko Trisnowati, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SEBAGAI makhluk sosial anak didik tidak akan dapat melepaskan uluran tangan dan keterlibatan orang lain. Anak didik akan selalu membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan orang lain. Lembaga pendidikan adalah salah satu sarana anak didik dalam mengembangkan sifat alamiahnya. Guru sebagai pendidik harus mampu memaksimalkan lembaga pendidikan sebagai sarana pendidikan kepada anak didik untuk mengeksploitasi dan mengekspolarasi seluas-luasnya pengetahuan didalamnya. Guru harus mampu memancing anak didik lebih khusus anak usia dini agar dapat berperilaku aktif dan inovatif dalam proses pembelajaran. guru sudah saatnya meninggalkan model pembelajaran kovensional dan usang. Model pembelajaran yang lama dan usang akan dapat menimbulkan kejenuhan dan kebosanan anak didik dalam mengikuti proses pemebelajaran. Kebosanan dan kejenuhan yang ditampilkan anak didik akan berdampak kepada rendahya minat dan motivasi anak didik dalam belajar serta berakibat rendahnya kualitas anak didik.

Para tokoh-tokoh pendidikan banyak menawarkan model pembelajaran yang dapat menciptakan susasana pembelajaran menjadi meyenangkan. Guru profesional sebaiknya mampu memilih dan memilah model pembelajaran yang tepat bagi anak didiknya terutama anak didik usia dini. Model pembelajaran kooperatif dapat dijadikan model yang tepat dalam proses pembelajaran, baik didalam kelas maupun diluar kelas.

Anita Lie (2010: 12) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Agus Suprijono (2010:61) turut menambahkan bahwa model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Salah satu sub model pembelajaran yang lekat dengan pembelajaran koopertaif adalah model pembelajaran Scramble.

Menurut Soeparno (1998:60) menjelaskan bahwa model scramble adalah salah satu permainan bahasa, pada hakikatnya permainan bahasa merupakan suatu aktifitas untuk memperoleh keterampilan tertentu dengan cara menggembirakan. Shoimin yang dikutip oleh Patty (2015: 1) ikut menjabarkan bahwa istilah scramble berasal dari Bahasa Inggris yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia berarti perbuatan pertarungan dan perjuangan. Scramble merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk menemukan jawaban dan menyelesaikan permasalahan yang ada dengan cara membagikan lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia. Scramble dipakai untuk jenis permainan anak–anak yang merupakan latihan pengembangan dan peningkatan wawasan pemikiran kosakata.

Penulis sebagai guru TK PGRI Gedeg, Kecamaatan Comal, Kabupaten Pemalang memafaatkan model pembelajaran scramble pada penyampaian materi mengenal ligkungan sekolah. Tahapannya adalah guru membuat kartu soal sesuai marteri bahan ajar. Kemudian guru juga membuat kartu jawaban dengan diacak nomornya. Pada langkah selanjutya, guru menyajikan materi dengan disertai membagikan kartu soal pada kelompok dan kartu jawaban. Anak didik diminta berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Antusiasme anak didik sangat tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran secara tidak langsung menjadi lebih aktif dalam bekerja sama. (*/zal)

Guru TK PGRI Gedeg, Kabupaten Pemalang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya