RADARSEMARANG.COM, KEBERADAAN pandemic Covid-19, menuntut banyak pemimpin negara menentukan langkah antisipasi. Hal tersebut membuat beberapa negara memberlakukan lockdown. Di Indonesia diberlakukan Pembatasan Sosail Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus. Bahkan, pemerintah daerah (Pemda) menerapkan kebijakan pembelajaran dengan sistem daring (dalam jaringan) atau online. Hal ini sesuai dengan Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Kehadiran teknologi benar-benar sangat dirasakan dalam proses pembelajaran. Sebab, dalam kondisi saat ini tidak memungkinkan melakukan belajar secara tatap muka. Maka belajar melalui online menjadi pilihan utama. Semenjak diberlakukannya masa darurat Covid-19 pada 16 Maret 2020, hampir seluruh sekolah di Indonesia mengambil kebijakan untuk pembelajaran via daring atau disebut dengan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Dengan berbagai keterbatasan dalam situasi ini menjadi tantangan guru untuk terus mau belajar dan berlatih dalam pembelajaran daring. Di samping itu, guru harus mampu menghadirkan pembelajaran yang menyenangkan dan inovatif untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi serta kolaborasi media pembelajaran agar pembelajaran tidak monoton dan tetap bisa menghadirkan suasana pembelajaran interaktif antara guru dan peserta didik.
Lingkungan yang merupakan tempat tinggal semua makhluk hidup di muka bumi, termasuk manusia, hewan, dan tumbuhan harus menjaga kelestariannya. Lingkungan sangat penting bagi kelangsungan hidup bagi makhluk hidup. Apabila lingkungan tidak ada, maka manusia, hewan, dan tumbuhan tidak dapat bertahan hidup. Alam menyediakan segalanya bagi kebutuhan hidup manusia. Tetapi alam juga mempunyai keterbatasan. Kerusakan lingkungan hidup di Indonesia semakin hari kian parah. Kondisi tersebut secara langsung telah mengancam kehidupan manusia. Tingkat kerusakan alam pun meningkatkan risiko bencana alam. Penyebab terjadinya kerusakan alam dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu akibat peristiwa alam dan akibat ulah manusia.
Mengamati secara langsung alam sekitar untuk situasi pendemi Covid-19 ini sangat menarik bagi anak. Materi ini saya terapkan pada siswa kelas VIII SMPN 3 Pegandon di semester 2 ini. Anak-anak mengamati lingkungan tempat tinggal secara langsung berdasarkan teori yang dipelajari dalam buku teks. Melalui panduan secara daring, guru menugaskan siswanya untuk melihat lingkungan sekitarnya. Anak-anak secara langsung dapat mengamati lingkungan seperti di sawah, sungai, kebun, lapangan, di tepi jalan yang ada, dan sebagainya.
Hasil survei langsung dari pengamatan difoto dan dicatat. Banyak temuan yang mereka laporkan. Pencemaran sungai, sampah yang menggunung, pohon-pohon yang langka, udara begitu panas dan temuan lain yang menakjubkan. Hasil temuan mereka laporkan dalam grup untuk saling dikomentari. Tidak ada yang saling memojokkan antarpeserta didik untuk saling melengkapi. Antusiasme peserta didik menampilkan hasil temuan yang berbeda dan menarik yang ada di lingkungan tempat tinggl mereka. Peserta didik juga menjadi sadar bahwa selama ini mereka kurang peduli akan lingkungan. Kerusakan yang tercipta mungkin salah satu dari ulahnya sendiri. Mereka melihat secara langsung kerusakan alam lingkungan sekitar. Kesadaran tercipta dari diri sendiri. Karena itu, sudah selayaknya generasi muda menjaga bumi satu-satunya ini dari kerusakan lingkungan. (pg1/ida)
Guru IPA SMPN 3 Pegandon, Kabupaten Kendal