RADARSEMARANG.COM, Guru BK sering diidentikkan sebagai guru yang hanya berperan aktif dalam menangani permasalahan di sekolah. Baik masalah pribadi siswa atau antarsiswa. Ini merupakan persepsi yang banyak dimiliki oleh sebagian besar masyarakat baik masyarakat internal (guru & siswa) maupun masyarakat luas pada umumnya. Namun guru BK saat ini sudah mengalami transformasi yang besar, sehingga memiliki peran yang sangat strategis terhadap perkembangan siswa baik kognitif, afektif, dan psikomotor. Apalagi saat ini siswa berada pada satu era global yakni era dimana pergaulan siswa yang tidak terbatas baik pada pergaulan regional maupun internasional. Oleh karena itu, guru dituntut berperan aktif dalam mendampingi proses perkembangan tiga aspek tersebut.
Guru BK saat ini juga dihadapkan pandemi Covid-19. Pandemi ini sangat berpengaruh besar terhadap proses perkembangan dan pembelajaran siswa yang secara langsung maupun tidak langsung berdampak pada pola pikir siswa. Oleh karena itu, guru BK dituntut melakukan pendekatan pembelajaran dengan mengenalkan tiga aspek, yakni aspek empati terhadap orang lain (empathy for others), mencari cara untuk saling menguatkan (finding new ways to enrich and engage) dan pendidikan yang berkeadilan (desire for justice).
Dalam pembelajaran di SMP Negeri 2 Suruh, Kabupaten Semarang, guru BK mencoba mengenalkan masalah yang sedang terjadi di Indonesia yakni pandemi Covid-19. Pertama, kegiatan ini dilaksanakan dalam bentuk klasikal dan kelompok. Masing-masing kelompok akan diberikan satu permasalahan yang sama yakni pandemi Covid-19. Peserta didik diberikan kesempatan untuk menyampaikan pemikirannya terkait cara mengekspresikan rasa simpati kepada orang lain, baik yang tidak terkena dampak Covid-19 maupun yang terkena wabah tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan supaya siswa memiliki rasa simpati (sense of sympathy) kepada orang lain.
Kedua, selain penguatan rasa simpati pada orang lain, siswa juga perlu dibekali teknik berkomunikasi dengan orang lain. Karena masalah pandemi bukan hanya domain pribadi, namun menyangkut masyarakat luas. Dengan kemampuan berkomunikasi, siswa dapat saling menguatkan antara satu dengan lainnya sehingga terbentuk sebuah kesepakatan bersama tentang cara-cara menyelesaian masalah secara bersama-sama.
Ketuga, pendidikan yang berkeadilan. Pendidikan adalah hak setiap warga negara seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 45. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran pada era pandemi harus menyentuh semua lapisan masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang memiliki akses pembelajaran daring dengan perangkat modern. Namun ada juga sebagian masyarakat yang memiliki keterbatasan sarana dan prasarana sekolah, sehingga perlu campur tangan guru BK untuk memberikan pendidikan yang berkeadilan kepada seluruh peserta didik.
Dengan ketiga gagasan tersebut, pendidikan di era pandemi ini akan berjalan sebagaimana semestinya dengan pengetahuan siswa dalam menghadapi segala hal yang terjadi di depan mata. Pendidikan akan berjalan baik dengan model two-way learning, dimana guru BP berperan aktif untuk mendampingi siswa dalam proses pembelajaran. Di sisi lain, siswa akan belajar tidak hanya pada apa yang ada di sekitar mereka, namun pada hal-hal yang memerlukan pemikiran yang matang dari para siswa. (pg1/ida)
Guru SMP Negeri 2 Suruh, Kabupaten Semarang