29.3 C
Semarang
Wednesday, 8 October 2025

Metode EGP dalam Pembelajaran Menyusun Cerpen

Oleh: Rokhdimah, S.Pd

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Salah satu tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia seutuhnya yang cerdas dan berakhlak mulia. Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 juga disebutkan bahwa tujuan nasional pembelajaran adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Tidak hanya kecerdasan IQ (intelligence quotient) saja yang menjadi tujuan pembelajaran namun juga akan tercapainya kecerdasan EQ (emotional quotient) serta SQ (social quotient).

Akhlak mulia merupakan perpaduan kecerdasan EQ dan SQ sehingga terbentuk manusia yang berkarakter. Pembelajaran menjadi salah satu fasilitas yang dapat berpengaruh besar dalam membentuk sumber energi manusia yang bermutu.

Lewat pembelajaran menyusun cerita pendek berdasarkan pengalaman pribadi dapat meningkatkan terbentuknya generasi berkarakter yang sanggup mengaktualisasikan dirinya (peserta didik) menjadi ujung tombak kemajuan peradapan manusia di bumi ini.

Mengapa demikian? Jika pada saat pembelajaran yang ditulis atau yang disampaikan berupa hal-hal positif maka akan membawa dampak positif bagi pembaca. Demikian juga jika pesan yang disampaikan negatif maka dapat diambil pelajaran bahwa itu tak pantas atau tak layak untuk diteladani.

Pada struktur cerpen sebagai endingnya atau penutupnya berupa coda. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Nurhayati (2019: 126) yang mengklasifikasikan alur (struktur) cerpen menjadi orientasi, komplikasi, pencapaian konflik, puncak konflik, penyelesaian, koda (penutup, ending). Bagi peserta didik kelas sembilan, materi KD 4.6 Mengungkapkan pengalaman dan gagasan dalam bentuk cerita pendek dengan memperhatikan srtuktur dan kebahasaan, merupakan pembelajaran yang tidak mudah dan menjadi momok baginya.

Agar para peserta didik tertarik menyusun cerpen digunakan metode EGP dalam pembelajaran. Metode EGP adalah akronim dari emotional, rapit response, and revition. Langkah-langkah yang ditempuh untuk penerapan EGP method increases dalam pembelajaran menyusun cerpen di SMP Negeri 3 Blado meliputi empat fase yaitu: fase pertama mempersiapkan peserta didik dan menyampaikan tujuan pembelajaaran KD 4.6 . Fase kedua membangkitkan emosional peserta didik. Fase ketiga gerak cepat dengan menulis langsung. Dan fase keempat revisi tulisan. Fase-fase itu dirinci sebagai berikut: fase pertama guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan informasi latar belakang pembelajaran, manfaat pembelajaran, dan mempersiapkan peserta didik untuk fokus mengikuti pembelajaran, boleh di dalam atau di luar kelas (outbond ke perkebunan teh di sekitar sekolahan).

Fase kedua meliputi guru mengilustrasikan sebuah cerita atau kisah yang menyentuh perasaan sehingga dapat membangkitkan emosi peserta didik (jika pembelajaran di kelas dapat dengan bentuk video yang diambil dari link youtube atau rekaman kisah yang dibuat sendiri). Cerita itu dapat berupa cerita lucu, sedih, bahagia, atau luapan kekecewaan si tokoh. Dapat juga ilustrasi itu berupa kisah di keluarga peserta didik. Begitu peserta didik berhasil menumbuhkan emosinya langsung dipaksa untuk menuliskan apa yang dirasakannnya ke dalam bentuk cerita.

Gerak cepat untuk menuliskan langsung yang dirasakannya ini termasuk fase ketiga. Pada fase ini guru mendorong peserta didik untuk menuliskan perasaannya saat ilustrasi disampaikan. Karena jika tidak langsung ditulis maka peserta didik akan lupa apa yang dirasakannya pada fase ketiga ini. Dilanjutkan dengan fase keempat yang meliputi kegiatan perevisian tulisan dari semua peserta didik. Menuntut peserta didik menguasai kaidah kebahasaan atau unsur-unsur kebahasaan baik ejaan maupun tanda baca. Pada fase ini dapat dievaluasi seberapa jauh peserta didik menguasai kaidah kebahasaan Indonesia yang sedang berlaku.

Ternyata setelah diterapkan metode EGP dalam pembelajaran KD 4.6 Menyusun Cerita Pendek tersebut dapat meningkatkan keterampilan menulis peserta didik dalam menyusun cerpen karena menyenangkan guru dan peserta didik. Peserta didik lebih aktif dan kreatif. Menumbuhkan respon positif bagi peserta didik yang lamban berpikir, serta memudahkan guru menyampaikan materi dengan ilustrasi yang ada dalam video. Fase gerak cepat untuk menuliskan apa yang dirasakan menjadikan peserta didik menyusun cerpen itu tidak tertunda lagi waktunya. (pg1/lis)

Guru SMP Negeri 3 Blado, Kabupaten Batang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya