RADARSEMARANG.COM, Role Playing atau bermain peran adalah mendramatisasikan cara bertingkah laku orang-orang tertentu dalam posisi yang membedakan peranan masing-masing pada suatu organisasi atau kelompok di masyarakat (Hadari Nawawi, 1993: 295). Berdasarkan hal tersebut bisa diartikan bahwa role playing adalah cara untuk mendramatisasi proyeksi pribadi orang lain. Role playing adalah bentuk metode mengajar dengan cara memerankan pribadi lain pada kehidupan sosial yang nyata di mana siswa ikut serta memainkan peranan dalam mendramakan masalah-masalah hubungan sosial. Selain itu, siswa juga diberi kesempatan untuk mengembangkan imajinasi dengan memerankan seorang tokoh lainnya setelah mendapat penjelasan guru tentang watak yang akan diperankan.
Minat dapat diartikan sebagai kecenderungan subjek yang menetap untuk dapat merasa tertarik pada suatu bidang atau pokok bahasan tertentu dan merasa senang untuk mempelajari materi itu (WS Winkel 1989: 105). Sehingga minat adalah rasa lebih suka dan ketertarikan pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya penerimaan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sengaja terhadap dunia luar. Terdapat unsur-unsur psikis dari ranah afektif yang berkaitan erat dengan minat belajar siswa. Siswa dikatakan memiliki minat terhadap sesuatu apabila mempunyai perasaan senang, tertarik dan penuh perhatian. Hal tersebut akan muncul apabila didukung dengan sikap positif. Minat tidak dapat dilepaskan dari terpenuhinya kebutuhan yang menimbulkan kepuasan. Pada intinya minat mempunyai berbagai indikator di antaranya; perasaan senang, tertarik, penuh perhatian, bersikap positif, terpenuhinya kebutuhan, dan sebagainya.
Pada Proses Belajar Mengajar (PKBM) di kelas III, SD Negeri 3 Weleri, Kordinator Wilayah Kecamatan Bidang Pendidikan Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal, masalah yang sering penulis temui adalah lingkungan yang kaku dan membosankan. Sehingga menyebabkan antusiasme belajar rendah, ini dapat dilihat ketika siswa kurang bersemangat memasuki kelas, terlihat cenderung tidak aktif dan tidak merasa menjadi bagian dari kelas. Hal tersebut merupakan indikasi adanya masalah signifikan yang menyebabkan siswa jenuh dalam mengikuti pelajaran, itu dapat ditunjukkan dengan sikap seperti sering mengobrol, menggambar tidak pada waktunya dan sering keluar masuk kelas.
Setelah metode pembelajaran role playing dilakukan beberapa kali, ternyata muncul berbagai indikator positif seperti : Pertama, minat siswa sangat tinggi dalam belajar. Kedua, guru merasa mudah dalam mengatur kelompok siswa, Ketiga, respon siswa yang positif memudahkan guru memberikan penerangan tentang peran yang harus dilakukan masing-masing, Keempat, siswa tidak canggung lagi bermain peran dan merasa senang. Kelima, siswa lebih tertib, tenang dan tidak merasa kesulitan dalam mengerjakan lembar evaluasi serta selesai tepat waktu.
Di dalam Proses Belajar Mengajar (PKBM) di SD Kelas Rendah yakni Kelas III pada khususnya, guru dituntut kreatif menciptakan berbagai metode pembelajaran yang bisa membuat suasana kaku dan membosankan menjadi menyenangkan siswa. Penerapan metode pembelajaran role playing adalah salah satunya, sehingga siswa dapat meningkatkan minat, antusias, partisipasi, kemampuan mengemukakan pendapat, saran, dan sebagainya, dalam proses belajar. (ti2/aro)
Guru SD Negeri 3 Weleri, Kecamatan Weleri, Kabupaten Kendal.