RADARSEMARANG.COM, Menurut Permendiknas nomor 20 tahun 2013 Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulis. Bahasa Inggris di SMP ditargetkan agar peserta didik dapat mencapai tingkat functional yakni berkomunikasi secara lisan dan tulis untuk menyelesaikan masalah sehari hari. Ada empat ketrampilan dasar yang harus dikuasai siswa yaitu listening, speaking, reading, dan writing. Dari keempat keterampilan dasar tersebut, kemampuan menulis (writing) adalah keterampilan yang dirasa sulit bagi siswa, karena termasuk ketrampilan yang produktif.
Dalam kenyataanya menurut pengalaman penulis selama ini, siswa di sekolah yang penulis mengajar yaitu SMP 2 Kedungwuni tidak bisa menulis dalam Bahasa Inggris secara benar dan runtut. Ada 80% siswa dalam satu kelas menulis greeting card dengan struktur, pemilihan kata, ejaan dan tanda baca yang salah sehingga kartu ucapan yang dibuat siswa tidak bermakna secara benar. Kondisi ini disebabkan oleh minimnya kosa kata siswa dan pemahaman terhadap materi juga kurang. Problem lain yang tidak kalah pentingnya yang dihadapi siswa adalah rendahnya motivasi siswa dalam mengerjakan tugas Bahasa Inggris terutama writing.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, penulis mencoba menggunakan metode pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan teknik Modelling. Modelling dapat diartikan sebagai upaya pemberian contoh (model) yang berkaitan dengan materi dan aktivitas belajar yang dilakukan siswa (Nuryatin, 2010:34). Sejalan dengan pernyataan tersebut, Nurhadi (2004:16) mengungkapkan bahwa teknik modeling merupakan pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu dengan menggunakan contoh (model) yang bisa ditiru.
Dalam teknik ini guru menyiapkan contoh (model) tulisan yang dapat ditiru oleh siswa dalam menulis greeting card yang baik dan benar. Penerapan teknik modeling ini membuat siswa memperoleh contoh tulisan greeting card yang benar. Melalui teknik ini pula siswa dapat membangun pengetahuannya tentang cara menulis yang benar. Siswa diajak secara aktif untuk menemukan unsur-unsur yang terdapat dalam greeting card maupun pengembangan paragraf. Selain itu, keberadaan teks model juga membantu mengurangi kesulitan siswa dalam menuangkan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang runtut dan padu.
Di sini guru akan menuntun siswa untuk bisa menulis greeting card secara bertahap. Guru memulai pembelajaran dengan memberikan contoh greeting card yang sederhana dan yang sering dialami siswa yaitu “ucapan ulang tahun”. Kemudian siswa disuruh menjawab pertanyaan. Selanjutnya siswa diberi latihan ungkapan yang diberikan secara acak dan siswa diminta untuk menyusun menjadi kalimat yang benar. Latihan berikutnya adalah model greeting card yang dipotong-potong untuk disusun menjadi greeting card yang benar. Model terakhir adalah greeting card yang dirumpangi dan siswa diminta untuk melengkapi menjadi greeting card yang lengkap dan benar.
Dari beberapa pertemuan yang penulis laksanakan denga mnerapkan metode ini ternyata memperoleh hasil yang menggembirakan. Dari pengamatan terhadap penilaian yang penulis lakukan, 75% siswa atau sejumlah 24 siswa dinyatakan tuntas dengan nilai mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu 73. Dan sisanya belum dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Dengan nilai rata-rata sebesar78,6 penulis menganggap bahwa teknik ini berhasil dalam mewujudkan tujuan pembelajaran yang telah penulis tetapkan. Meskipun tentu saja belum dapat dikatakan sempurna. (ti2/ton)
Guru SMP 2 Kedungwuni