RADARSEMARANG.COM, Proses pembelajaran yang sentralistik menjadi salah satu faktor penting penyebab kejenuhan dalam belajar bagi peserta didik. Para pendidik seharusnya mengetahui keinginan siswanya, dan tidak menerapkan metode pembelajaran yang seadanya. Dalam menyampaikan materi, kadang kala guru kurang aktif melibatkan peserta didiknya secara individual dan kolektif atau bersama-sama, hal tersebut menjadi persoalan yang kerap ditemui dalam dunia pendidikan.
Peserta didik dituntut untuk mengikuti alur pembelajaran yang didesain konvensional oleh seorang pendidik yang “egois”, dengan alur membaca, mendengar, merangkum dan menghafal atau mengerjakan tugas. Bahkan lebih ektrim legi ketika seorang pendidik menyampaikan pembelajaran dengan metode catat di papan lalu tinggal pergi dan kembali kekelas dalam jangka waktu yang agak lama. Hal tersebut sangat merugikan peserta didik yang mengharapkan pembelajaran secara kolektif kolegial dalam kelas.
Pentingnya pelibatan peserta didik lain dalam pembelajran akan dapat menimbulkan semangat dalam belajar peserta didik. Mengelompokkan peserta didik dalam sebuah kerjasama akan menstimulan peserta didik untuk berbagi pendapat dan pengalaman dalam belajar. Samani (2012) menyatakan bahwa diskusi adalah pertukaran pikiran (sharing of opinion) antara dua orang atau lebih yang bertujuan memperoleh kesamaan pandang tentang sesuatu masalah yang dirasakan bersama. Sedangkan pendapat lain oleh Usman (2005) menjelaskan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah. Oleh karena itu pentingnya penggunaan metode kerjasama atau diskusi dalam pembelajaran untuk mengkondisikan kelas dan melatih peserta didik mengungkapkan pendapatnya. Model pembelajaran kooperatif yang menghibur dan menyenangkan perlu dihadirkan. Di antaranya adalah model pembelajaran scramble atau susunan huruf, kata dan kalimat.
Rober B. Taylor menjelaskan model pembelajaran scramble yang dikutip oleh Huda (2013) bahwa Scramble merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berpikir siswa. Selain itu, model pembelajaran Scramble juga dapat mendatangkan permainan dalam proses pembelajaran. Hesti Damayanti (2010: 3-4) menambahkan scramble adalah model pembelajaran yang menggunakan penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok yang memerlukan adanya kerjasama antar anggota kelompok dengan berfikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari penyelesaian soal. Penulis sekaligus guru SDN 01 Purworejo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan mengaplikasikan model Scramble di kelas tiga materi tentang implementasi kerjasama dan tolong menolong dalam Alquran Surat al-Maidah.
Tahapannya model pembelajaran scramble yaitu guru membuat kartu soal sesuai materi yang diajarkan, sambil membuat kartu jawaban dengan diacak nomernya. Kemudian guru menyampaikan materi pembelajaran dan diikuti membagikan kartu soal pada kelompok yang telah dibentuk secara heterogen dan kartu jawaban. Kelompok mengerjakan soal disusul dengan mencari kartu soal untuk jawaban yang cocok. Pada akhir pembelajaran, guru bersama siswa membuat simpulan dan pemberian refleksi sebagai penguatan materi yang telah dibahas dan disusul dengan melakukan evaluasi. (ti2/ton)
Guru SDN 01 Purworejo Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan