RADARSEMARANG.COM, DALAM proses kegiatan belajar mengajar, pasti menemui siswa bermasalah. Baik dalam pembelajaran luar jaringan (luring) maupun dalam jaringan (daring). Sebagaimana saat ini, selalu muncul permasalahan, baik di sekolah maupun dari luar sekolah yang mengganggu konsentrasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Karena hal tersebut, biasanya prestasi siswa baik akademik maupun non akademik cenderung menurun karena memikirkan permasalahan yang dihadapi.
Sedangkan macam-macam permasalahan siswa, secara garis besar dapat dikategorikan berasal dari dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Secara internal yakni dari dalam diri siswa. Hal ini dipengaruhi oleh siswa sendiri yang masih dalam masa pencarian jati diri. Masa remaja yang masih ingin mencoba-coba, meniru, dan lain sebagainya.
Menurut Elizabeth B Hurlock (1999), remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik. Jadi pada masa remaja, siswa sekolah menengah memang akan menghadapi berbagai persoalan. Di sinilah peran orang tua, guru, dan masyarakat sangat penting untuk membantu mereka mengentaskan permasalahan mereka secara tuntas dalam menghadapi tugas perkembangan mereka.
Sedangkan faktor eksternal yakni faktor dari luar siswa yang bersangkutan, seperti dari keluarga, lingkungan, dan bisa juga dari sekolah. Proses pencarian jati diri oleh remaja memang berliku-liku. Peran serta lingkungan, orang tua, guru, dan masyarakat, sangat membantu dan menuntun mereka dalam pencarian jati diri tersebut.
Baik dalam permasalahan internal maupun eksternal, sedapat mungkin guru dapat membantu mengentaskan permasalahan siswa dengan mengedepankan prinsip positive thinking. Karena siswa bermasalah pasti ada sebab musababnya. Pendekatan dari sekolah yakni oleh guru bimbingan konseling (BK) yaitu dengan konseling individual. Selain azas-azas konseling yang diterapkan dalam pelaksanaan bimbingan, positive thinking terhadap permasalahan anak juga perlu dikedepankan. Karena pada prinsipnya siswa bermasalah, bisa saja karena tidak tahu, bisa juga karena faktor lainnya. Anggap siswa sebagai kertas putih yang bersih. Isinya tergantung yang akan mewarnainya atau yang membimbingnya. Dengan positive thinking, siswa akan lebih mudah mengungkapkan permasalahannya secara jujur dan apa adanya dengan perasaan nyaman, dan merasa dilindungi, bahkan dipercayai. Sehingga guru atau yang membantu mengentaskan permasalahan tersebut, dapat memahami dan memberikan gambaran sehingga siswa dapat mengambil keputusan pemecahan masalah yang paling sesuai dengan kebutuhannya.
Dalam menghadapi siswa yang bermasalah tersebut, guru juga harus berhati-hati. Upayakan memberikan pemahaman yang terbaik untuk siswa. Jangan mem-vonis siswa sebelum tahu permasalahannya secara menyeluruh atau memarahinya. Ini perlu dilakukan, agar tak menambah beban pikiran, bahkan tambah depresi. Guru harus mencoba menggali apa, kenapa, dan mengapa, bisa terjadi permasalahan tersebut. Perilaku siswa yang tidak biasanya karena sedang bermasalah tidak perlu ditambahi lagi dengan kata-kata yang menambah siswa tidak bersemangat belajar lagi. Segera sebisa mungkin guru membantu mengentaskan permasalahan, agar siswa kembali semangat belajar mendapatkan potensi terbaiknya. (pai2/ida)
Guru BK SMAN 1 Subah, Kabupaten Batang