RADARSEMARANG.COM, BERDASARKAN Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD/MI Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2007 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi muatan pelajaran IPS merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang mengkaji tentang seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional dan global untuk dapat menjadi Warga Negara Indonesia yang demokratis dan bertanggung jawab serta warga dunia yang cinta damai.
Tujuan muatan pelajaran IPS adalah membantu peserta didik untuk mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial, memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, serta memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.
Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan pelaksanaan muatan pelajaran IPS. Guru dalam pembelajaran lebih banyak menerapkan metode konvensional, kurang mengikutsertakan siswa dalam pembelajaran serta penggunaan media yang kurang optimal sehingga menyebabkan siswa kurang konsentrasi dalam pembelajaran dan lebih banyak siswa yang bosan pada saat proses belajar berlangsung.
Untuk memecahkan masalah pembelajaran tersebut, dapat kita gunakan alternatif tindakan yaitu strategi pembelajaran peta konsep tipe pohon jaringan (network tree) yang mengutamakan keaktifan siswa belajar dalam kelompok, mengembangkan konsep-konsep dan mengembangkan hal-hal lain yang berhubungan dengan materi pelajaran.
Menurut Rose dan Nicholl dalam Sugiyanto (2010:105-107), De Porter dan Hernacki dalam Sugiyanto (2010:105-107) langkah-langkah membuat peta konsep tipe pohon jaringan (network tree) yaitu dimulai dengan menulis gagasan utamannya ditengah halaman kertas dan lingkupilah dengan bentuk persegi empat. Ini mendorong kita untuk mendefinisikan gagasan inti subjek yang di pelajari sebagai titik awal pembelajaran yang efektif. Kedua, tambahkan cabang yang keluar dari pusatnya untuk setiap poin atau gagasan utamanya. Jumlah cabangnya bervariasi tergantung jumlah segmennya. Garis-garis atau cabang pada peta konsep menunjukkan hubungan antara ide-ide itu.
Ketiga, tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan dengan detil. Kata kunci adalah kata yang menyampaikan inti sebagai gagasan yang memudahkan memicu ingatan kita. Pada saat mengkonstruksi pohon jaringan, tulislah topik itu dan daftarlah konsep-konsep utama yang berkaitan dengan konsep itu. Keempat, tambahkanlah simbol-simbol dan ilustrasi-ilustrasi untuk mendapatkan ingatan yang lebih baik. Kelima, hidupkanlah peta pikiran anda dengan hal-hal yang menarik. Gambarkan peta konsep dengan hal-hal yang berhubungan dengan materi misalnya anak panah, bentuk persegi, lingkaran, gambar-gambar, tanda seru dan sebagainya sesuai dengan selera. Keenam, bersikap kreatif dan berani. Gunakanlah sebanyak mungkin gambar yang memang membantu hasil belajar.
Strategi pohon jaringan ini sesuai dengan teori Belajar Bermakna dari David Ausubel. Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Faktor penting yang mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Berdasarkan teori tersebut dalam membantu siswa menanamkan pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari. Sehingga jika dikaitkan dengan masalah, siswa mampu mengerjakan permasalahan dengan baik. Seperti yang diterapkan di SDN Pedomasan 01, Batang. (bp1/zal)
Guru SDN Padomasan 01, Batang