RADARSEMARANG.COM, MASIH banyak kita jumpai guru-guru yang dalam melaksanakan pembelajarannya masih bersifat konvensional dan belum berupaya melakukan reformasi baik dalam mainset, metode, media, pendekatan dan model pembelajaran yang inovatif. Sebelum terjadinya pandemi covid 19, metode mengajar guru masih berpola guru menjelaskan materi, siswa mencatat kemudian siswa berdiskusi kelompok dan mengerjakan latihan soal. Setelah terjadinya pandemi juga masih demikian, hanya penyampaiannya melalui media WAG atau google classroom. Hal ini membuat siswa bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran online. Dampaknya dapat dilihat dari hasil prestasi akademik untuk semua mata pelajaran masih tergolong rendah, nilai rata-rata yang diperoleh siswa masih rendah dari Kreteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan ketuntasan belajar klasikal yang ditentukan sekolah. (laporan hasil ulangan murni dari guru mata pelajaran).
Kompetensi dasar “memahami konsep seni” pada pelajaran seni budaya merupakan salah satu diantara kompetensi yang banyak tidak disukai dan tidak diminati oleh kebanyakan para siswa khususnya materi seni rupa. Salah satu materi yang dianggap sulit oleh siswa adalah menggambar atau melukis, baik lukisan alam flora, fauna , kaligrafi maupun benda-benda lainnya. Untuk meningkatkan minat belajar siswa terhadap menggambar maka perlu diberikan variasi pembelajaran tambahan berupa video.
Video merupakan salah satu media pembelajaran yang cukup menarik bagi siswa. Video pembelajaran ini dapat dibuat dengan beberapa teknik, salah satunya adalah dengan screencasting. Screencast atau disebut juga dengan video screen capture atau screen recorder atau video rekam layar adalah perekaman secara digital dari sebuah tampilan komputer yang sering kali disertai dengan narasi panduan yang direkam menggunakan mikrofon.
Dengan memberikan variasi pembelajaran menggunakan screen recorder atau video rekam layar ini dapat mendorong siswa untuk belajar mandiri dan meningkatkan hasil kemampuan siswa pada siklus pertama dan kedua. Berdasarkan standar nilai E-Rapor, untuk seni budaya KKM ditetapkan 60. Persentase ketuntasan ketrampilan menggambar siswa yang semula 30% mengalami peningkatan menjadi 45 persen sebagai hasil dari siklus pertama. Hasil ini masih cukup jauh dari target yaitu ketuntasan sebesar 60 persen. Maka pada siklus kedua dilakukan banyak perbaikan lagi, diantaranya dengan menyiapkan materi dalam bentuk power point dan menjelaskannya menggunakan screen recorder. Selain itu, juga penekanan pada optimalisasi pemanfaatan sumber belajar yang tersedia, baik dari buku seni budaya, video beberapa teknik menggambar maupun internet.
Langkah ini memberikan pengaruh yang sangat signifikan pada kemampuan ketrampilan menggambar siswa, terbukti ketuntasan siswa sebagai hasil dari proses kedua dengan memberikan metode yang mudah dipahami siswa seperti teknik aquarel maupun teknik plakat dengan menggunakan screen recorder, terutama dalam mengaplikasikan warna-warna yang digunakan menunjukkan terjadinya peningkatan persentase ketuntasan pada nilai kemampuan menggambar siswa menjadi 80 persen.
Dengan menggunakan screen recorder pada pembelajaran seni budaya di kelas X Teknik Pemesinan (TP) SMK Negeri 1 Jambu khususnya dan kelas X seluruhnya, terjadi peningkatan kemampuan ketrampilan menggambar siswa secara signifikan. Hal ini menunjukkan terjadi peningkatan persentase ketuntasan pada nilai kemampuan ketrampilan menggambar siswa pada rangkaian proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatif, dan akhirnya tercapai target awal pada siklus yang kedua. (ti1/bas)
SMK Negeri 1 Jambu , Kab. Semarang