RADARSEMARANG.COM, Masa anak-anak merupakan rentang pertumbuhan dan perkembangan yang penting. Apabila dianalogikan, serupa dengan sebuah pondasi rumah yang menjadi pijakan atas keberlanjutan dari pembangunan rumah yang utuh. Agar rumah tidak ambruk maka pondasi yang dibuat harus kuat, terbuat dari material yang bagus, dan para tukang bangunan yang handal. Apabila dalam fase manusia menjadi pijakan untuk melanjutkan proses pendewasaan guna melakukan aktivitas kehidupan dan menghadapi problema hidup. Harus dibangun atas stimulus-stimulus yang tepat, dan orang-orang yang paham akan hal tersebut. Berhasil atau tidaknya dalam mengelola dan mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak-anak akan mempengaruhi keberlanjutan fase kehidupan ke depan.
Pemberian stimulus yang tepat berdampak baik terhadap perkembangan dan pertumbuhan kepribadian anak. Stimulus beraneka ragam, mulai dari yang sederhana, konvensional, hingga memanfaatkan teknologi. Daya serap anak untuk memahami stimulus akan maksimal apabila suasana yang dibangun menyenangkan dan membuat anak-anak merasa aman. Dalam dunia anak, melakukan segala sesuatu yang bisa membuat senang akan dilakukan dengan sekuat tenaga, pikiran, dan emosi.
Dalam lingkup pendidikan, salah satu stimulus yang dapat dilakukan yaitu melalui bercerita. Bercerita merupakan suatu rangkaian kegiatan yang mengenalkan bentuk-bentuk emosi dan ekspresi kepada anak-anak. Secara tidak langsung, anak-anak akan memiliki gambaran atas kondisi atau realitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, kemudian memahami respon atas kondisi tersebut. Beragam emosi dan ekspresi seperti bahagia, sedih, marah, lucu dan lain sebagainya dan respon akan hal tersebut akan memperkaya pengalaman anak-anak. Hal ini tentu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak-anak.
Melihat kebermanfaatan stimulus dari bercerita alangkah lebih baiknya guru memahami hal ikhwal mengenai serangkaian bercerita dalam pembelajaran. Hal tersebut di antaranya: (1) memiliki maksud dan tujuan dalam penyampaian pembelajaran, (2) metode yang digunakan, dan (3) media yang akan digunakan. Ketiga hal tersebut merupakan persiapan yang penting dilakukan sebelum mengeksekusi bercerita dalam proses pembelajaran.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yakni: mengekspresikan emosi yang sesuai dengan kondisi yang ada (senang-sedih-antusias dll), mengenal tata krama dan sopan santun sesuai dengan nilai sosial budaya setempat, dan memahami peraturan dan disiplin. Berdasarkan peraturan tersebut maksud dan tujuan dari penyampaian pembelajaran adalah memahami ketiga standar pendidikan anak usia dini. Alur yang digunakan dalam bercerita harus menyisipkan nilai-nilai tersebut.
Metode bercerita merupakan bentuk kegiatan interaksi antara pendidik dan peserta didik secara lisan. Pendidik akan menyampaikan secara lisan kepada anak mengenai suatu peristiwa. Dalam penyampaian tersebut pendidik perlu melakukan timbal balik dengan anak. Timbal balik yang dapat dilakukan yakni saat proses bercerita saat berlangsung atau setelah berlangsung. Saat proses bercerita sedang berlangsung maka akan memberikan stimulus cara berpikir atau merespon kejadian. Kemudian, setelah proses bercerita berlangsung akan melatih anak untuk menemukan nilai-nilai yang muncul dalam alur cerita.
Dalam proses bercerita tentu membutuhkan media sebagai sarana untuk penunjang penyampaian. Terlebih anak-anak menyukai sarana yang dapat menunjang imajinasi dan visualisasi atas cerita. Media yang dapat digunakan dalam bercerita adalah boneka tangan. Hal itu penulis lakukan di TK Tarbiyatul Athfal VII Kota Semarang. Boneka tangan terbuat dari kain yang dibentuk menyerupai wajah atau bentuk tubuh dari tokoh yang ada dalam alur cerita. Hal ini akan memudahkan anak untuk membayangkan tokoh dan keadaan dalam cerita atau dapat disebut boneka tangan hampir mendekati naturalitas cerita. Agar mudah untuk digerakan boneka tersebut dibuat dengan pola yang dapat membentuk jari-jari tangan.
Proses bercerita menggunakan boneka tangan dapat membawa standar pendidikan anak usia dini. Bercerita dapat menginternalisasikan nilai-nilai yang terbawa dalam alur peristiwa. Kemudian, boneka tangan akan meginterpretasikan realitas yang sebenarnya. Keduanya sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran anak usia dini guna menunjang perkembangan dan pertumbuhan anak. Seperti pondasi, perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi pada anak usia dini akan membangun keutuhan dari cara berpikir dan kepribadian anak. (fbs2/aro)
Guru TK Tarbiyatul Athfal VII Kota Semarang