34 C
Semarang
Saturday, 21 June 2025

Model Pembelajaran Creative Problem Solving Tumbuhkan Gairah Belajar Matematika

Oleh: Arie Rispratanti, S.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SOBEL dan Maletsky (2001: 1-2) menggambarkan bahwa banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas lalu, memberi pelajaran baru, dan memberi tugas berikutnya pada siswa. Pembelajaran seperti itu yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikatagorikan sebagai 3M, yakni membosankan, membahayakan dan merusak minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal, dan hal ini tidak akan banyak membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

Kenyataan seperti yang diuraikan di atas juga ditemukan pada proses pembelajaran matematika di SMP Negeri 1 Kesesi. Selama ini proses pembelajaran matematika masih sering dilaksanakan secara konvensional, inovasi penerapan model pembelajaran belum tepat dan variatif, serta belum mengoptimalkan media pembelajaran yang lebih menarik minat siswa ysng dapat meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Dari hasil pengamatan, pembelajaran konvensional yang dilaksanakan di kelas cenderung berorientasi pada tahaptahap pembukaan, penyajian, penutup. Pada kegiatan pembelajaran guru lebih sering menggunakan metode ceramah, yakni guru menerangkan seluruh isi pelajaran. Tidak sedikit siswa yang tidak memahami dengan baik materi pada pelajaran matematika. Siswa juga tidak terbiasa memecahkan masalah yang berkaitan dengan trigonometri, sehingga ketika harus menghadapi tes dengan soal yang bervariasi, siswa mengalami kesulitan dan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

Oleh karena itu penulis mencoba mengembangkan penerapan model pembelajaran yang berbasis pada pemecahan masalah (problem solving). Wiederhold (dalam Suyitno, 2006) menyatakan bahwa model pembelajaran melalui pemecahan masalah dipandang sebagai model pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi. Dengan model pemecahan masalah dalam proses pembelajaran siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta ketrampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui kegiatan ini aspek-aspek kemampuan matematika seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, pengge- neralisasian, koumunikasi matematika dapat dikembangkan secara lebih baik. Dengan demikian diharapkan akan menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna (meaningfull learning), sehingga pembelajaran lebih menye-nangkan dan konsep yang telah dipelajari akan melekat pada siswa secara lebih permanen.

Implementasi Model CPS (Creative Problem Solving) dalam pembelajaran matematika adalah suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan. Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya. Tidak hanya dengan cara menghafal tanpa dipikir, keterampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir (Pepkin, 2004:1).

Masalah dapat berasal dari berbagai sumber, banyak masalah yang dapat dikembangkan dari buku-buku teks yang sedang dipelajari, atau dapat dikembangkan dari model-model situasi di luar kelas, dapat pula dikem-bangkan melalui penelitian berbagai keingintahuan akan matematika atau teka-teki matematika yang bersifat reaksional.

Model pembelajaran CPS yang dilakukan disini melalui langkah-langkah sebagai berikut: Klarifikasi Masalah. Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan pada siswa tentang masalah yang diajukan, agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang diharapkan. Pengungkapan Pendapat. Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah. Evaluasi dan Pemilihan. Pada tahap evaluasi dan pemilihan ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. Implementasi. Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah, kemudian menerapkannya sampai menemukan penyelesaian dari masalah tersebut. (ti1/zal)

Guru Matematika SMPN 1 Kesesi, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya