RADARSEMARANG.COM, SISWA sebagai seorang manusia melekat kodratnya untuk selalu hidup berdampingan dan membutuhkan bantuan orang lain. Bentuk pendampingan dan hubungan saling membantu secara mudah diterapkan dalam kelas pada proses pembelajaran. pada proses ini, siswa dilatih untuk bekerjasama dalam memecahkan dan menguraikan segala permasalahan yang terkait dengan materi pembelajaran. Fenomena tersebut seharusnya dijalankan selaras mengikuti naluri peserta didik sebagai Homini Socius oleh seorang guru ketika membuat perencanaan yang akan dilaksanakan pada proses pembelajaran. Guru tidak diperkenankan mendahulukan egoisitasnya dalam proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang kovensional dalam bentuk ceramah, membaca, mencatat dan merangkum materi, secara tidak langsung akan membuat pemikiran peserta didik semakin buntu. Peserta didik akan merasa terkungkung dan terbelenggu dalam setiap detiknya ketika mengikuti proses pembelajaran yang menggunakan model lama.
Proses pembelajaran kooperatif merupakan salah satu solusi pemberian wadah kodrat peserta didik untuk bersosial didalam miniatur lingkungan masyarakat yaitu kelas. Model Two Stay Two Stray merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat diaplikasikan dalam kelas sebagai model pembelajaran alternatif. Anam (2016:58) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray merupakan sistem pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling mendorong satu sama lain untuk berprestasi.
Selain itu, Ika Berdiati (2010: 92) ikut mengungkapkan tentang model pembelajaran Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua bertamu yaitu pembelajaran koopertif yang memberi pengalaman kepada siswa untuk berbagi pengetahuan baik di dalam kelompok maupun dalam kelompok lainnya. Dalam diskusi berkelompok siswa dituntut berperan sacara aktif untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Penulis sebagai bagian dari guru SDN 01 Bubak Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan menggunakan model ini di kelas lima dalam pembelajaran siklus air dan dampaknya pada peristiwa di bumi serta kelangsungan mahluk hidup.
Tahapannya dimulai guru menjelaskan tujuan pembelajaran, kompetensi dasar dan model pembelajaran. Kemudian guru membagi peserta didik menjadi kelompok kecil yang heterogen. Tiap kelompok diberi tugas berdiskusi tentang permasalahan-permasalahan yang tela diberikan dan guru membantu menjelaskan pada masing-masing kelompok jika ada yang kurang dimengerti. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas tuan rumah adalah menyajikan hasil diskusinya kepada setiap tamu yang datang, sedangkan tugas dua duta atau tamu diwajibkan jalan-jalan (bertamu) ke kelompok lain dan mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut.
Setelah mendapatkan semua informasi, anggota kelompok yang jalan-jalan bertugas untuk menyebarkan informasinya dari kelompok lain ke anggota dari kelompoknya sendiri. sedangkan yang bertugas sebagai tamu maupun yang bertugas sebagai penerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Proses pembelajaran menggunakan model ini ternyata efektif karena terlihat minat dan semangat peserta didik cukup tinggi. (ti1/bas)
Guru SD Negeri 01 Bubak Kecamatan Kandangserang Kabupaten Pekalongan