RADARSEMARANG.COM, SALAH satu Standar kompetensi mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP kelas VII adalah menjabarkan kegiatan konsumsi, produksi dan distribusi, namun kemampuan siswa SMP Negeri 5 Ambarawa dalam memahami materi ini masih rendah. Permasalahan ini terjadi karena guru dalam melaksanakan pembelajaran di kelas masih menggunakan metode ceramah. Materi materi pelajaran IPS tersebut dijelaskan dan dicatat siswa secara terpisah-pisah baik pengertian, faktor –faktor maupun contoh-contoh kegiatan konsumsi, produksi maupaun distribusi yang masing-masing berdiri sendiri sendiri. Dengan fakta-fakta yang dicatat tersebut, siswa kemudian belajar menghafalkan materi tersebut sebanyak mungkin.
Siswa belajar hanya dengan melakukan kegiatan membaca bahan ajar IPS seperlunya dan seadanya, mencatat fakta-fakta penting kalau diperlukan, mendengarkan ceramah atau cerita guru, mengerjakan PR dengan menjawab soal soal yang terdapat pada bahan ajar, menghafalkan fakta-fakta tersebut jika akan ada ulangan atau tes, merespons pertanyaan guru dalam kegiatan tanya jawab di kelas jika bisa, dan siswa tidak mampu menjawab walaupun sifatnya pengulangan apa yang telah dibahas. Proses belajar seperti ini jelas sangatlah terbatas dalam memanfaatkan potensi kemampuan berpikir, kepribadian, dan keterampilan siswa.
Perkembangan kurikulum di sekolah saat ini dituntut untuk melakukan perubahan dalam menerapkan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning). Hal ini disesuaikan dengan tuntutan pembelajaran yang akan mempengaruhi perkembangan anak di masa depan, dimana anak harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar (thinking and learning skils). Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan berpikir kritis (critical thinking), memecahkan masalah (problem solving), kolaborasi dan kecakapan berkomunikasi.
Berdasarkan fenomena di atas guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas VII SMP Negeri 5 Ambarawa berusaha untuk mencari solusi terhadap masalah-masalah yang terkait dengan materi kegiatan ekonomi (konsumsi, produksi dan distribusi) dalam upaya menumbuhkan pembelajaran berbasis kompetensi dalam memperbaiki mutu pendidikan utamanya pada mata pelajaran IPS. Salah satunya adalah menerapkan model pembelajaran Project-Based Learning. Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik (Santyasa, 2006: 12). Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar.
Guru hanya sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampilkan dalam hasil proyek yang dikerjakan, sehingga menghasilkan produk nyata yang dapat mendorong siswa mampu berpikir kritis. Penerapan model pembelajaran berbasis proyek (Projectbased learning) pada pembelajaran IPS di kelas VII SMP Negeri 5 Ambarawa didasari oleh keyakinan teoretis bahwa pembelajaran berbasis proyek ini dalam pembelajaran IPS dapat memberi pengalaman belajar IPS yang lebih powerful (bermakna, terintegrasi, berbasis nilai, membuat siswa aktif, dan menantang) kepada siswa. Kedua, tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS dengan menerapkan model pembelajaran berbasis proyek.
Pemilihan fokus ini didasari oleh pertimbangan dan harapan bahwa dengan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS melalui penerapan model pembelajaran berbasis proyek diharapkan sikap dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS menjadi lebih positif. Tanggapan siswa yang lebih positif terhadap pembelajaran IPS tentu akan menjadikan pembelajaran IPS lebih membuat siswa aktif dan memberikan pengalaman belajar IPS yang lebih menyenangkan kepada siswa. Ketiga, hasil belajar IPS siswa terutama pada aspek kemampuan berpikir kritis.
Pemilihan fokus ini didasarkan atas pertimbangan dan harapan untuk meningkat kualitas hasil belajar siswa yang tidak hanya berorientasi pada penguasaan pengetahuan tingkat rendah seperti yang selama ini dilakukan umum oleh guru-guru IPS di kelas. Dengan memfokuskan tindakan ini pada kemampuan berpikir kritis sebagai konsekuensi dari penerapan model pembelajaran IPS berbasis proyek, diharapkan wawasan guru IPS di SMP Negeri 5 Ambarawa akan meningkat baik dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPS maupun dalam upaya meningkatkan kualitas hasil belajar IPS siswa yang lebih bermakna. (bw2/zal)
Guru SMPN 5 Ambarawa