28 C
Semarang
Monday, 16 June 2025

Authentic Assessment untuk Tingkatkan Aktivitas Belajar Siswa di Masa Pandemi

Oleh: Muhammad Imron Ardian, M.Pd.

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Penilaian pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian (Nurgiyantoro, 2012). Situasi pandemi saat ini ‘memaksa’ kegiatan pembelajaran di kelas harus dilaksanakan secara jarak jauh (PJJ).

Kegiatan penilaian di saat pandemi ini seringkali menjadi masalah dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Kedungwuni atau mungkin juga dialami di sekolah lain. Permasalahan tersebut di antaranya yaitu tidak sedikit siswa yang tidak mengerjakan tugasnya. Kalaupun siswa mengerjakan tugasnya, bisa jadi tugas yang dilaporkan bukanlah hasil pekerjaan siswa sendiri. Guru menjadi sulit untuk memberikan penilaian secara objektif. Jenis tugas yang diberikan seperti menjawab soal pilihan ganda atau isian singkat melalui google form dirasa belum mampu menggambarkan kompetensi siswa yang sesungguhnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu bentuk penilaian yang mampu menggambarkan kemampuan siswa.

Model authentic assessmen atau penilaian otentik direkomendasikan atau bahkan ditekankan penggunaannya dalam menilai hasil pembelajaran. Callison (2009) menjelaskan bahwa penilaian otentik merupakan sebuah penilaian proses yang di dalamnya melibatkan berbagai kinerja yang mencerminkan bagaimana siswa tersebut, capaian hasilnya, motivasi dan sikap yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Penilaian otentik ini mementingkan penilaian proses dan hasil sekaligus. Dengan demikian, seluruh tampilan siswa dalam rangkaian kegiatan pembelajaran dapat dinilai secara objektif, apa adanya, dan tidak semata-mata hanya berdasarkan hasil akhir (produk) saja. Jika dilihat dari sudut pandang teori Bloom, penilaian harusnya mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Model penilaian otentik ini telah diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Kedungwuni untuk menilai siswa kelas VII pada kompetensi dasar menceritakan kembali isi cerita fantasi. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan melalui aplikasi WhatsApp karena paling banyak dimiliki dan paling mudah digunakan siswa. Di awal kegiatan pembelajaran, guru membagikan sebuah video berisi cerita fantasi melalui grup WhatsApp. Kemudian, guru dan siswa mendiskusikan materi pelajaran serta membahas isi cerita dalam video tersebut. Respon-respon yang diberikan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung menjadi penilaian sikap bagi siswa. Pada akhir kegiatan belajar, siswa diminta melaksanakan tugas praktik yaitu menceritakan kembali secara lisan sebuah cerita fantasi dalam bentuk rekaman video, sehingga dapat dipastikan tugas itu adalah asli hasil pekerjaan siswa sendiri, bukan dikerjakan orang lain. Waktu pengumpulan tugasnya disepakati bersama guru dan siswa.

Dalam penilaian otentik untuk tugas tersebut, guru harus menyiapkan rubrik penilaiannya. Adapun aspek-aspek yang dapat dinilai dari penampilan siswa tersebut di antaranya: 1) ketepatan isi cerita; 2) ketepatan makna keseluruhan cerita; 3) ketepatan kalimat; serta 4) kelancaran bercerita. Melalui kegiatan pembelajaran dan penilaian semacam ini, meskipun dilaksanakan di masa pandemi, diharapkan aktivitas belajar siswa secara jarak jauh bisa terus berjalan dan mendapatkan penilaian yang objektif. (bw2/ton)

Guru Bahasa Indonesia, SMP Negeri 3 Kedungwuni


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya