RADARSEMARANG.COM, Kesegaran jasmani merupakan hal yang sudah populer di kalangan masyarakat saat ini. Untuk mempertegas dari para ahli atau pakar kesegaran jasmani, antara lain pendapat dari Suratman (1975) menyatakan kesegaran jasmani adalah suatu aspek fisik dari kesegaran menyeluruh total yang memberi kesanggupan kepada seseorang untuk menjalankan hidup yang produktif dan dapat menyesuaikan pada tiap pembebanan atau stres fisik yang layak.
Mengajar pada kelas PJOK memang sangat berbeda sekali dengan kelas-kelas lain pada umumnya. Di kelas PJOK ini kita sangat familiar dengan dunia outdoor dan lapangan. Bisa disimpulkan juga bahwa model mengajar yang digunakan di kelas dan di lapangan itu berbeda. Model pembelajaran dikelas belum tentu dapat diterapkan di lapangan. Serta model pembelajaran di lapangan belum tentu dapat diimplementasikan dalam model pengajaran di dalam kelas. Itulah yang terjadi pada peserta didik SDN 02 Blacanan Kecamatan Siwalan yang menganggap mata pelajaran PJOK itu melelahkan.
Penulis menerapkan metode pembelajaran PJOK pada materi atletik kelas IV (empat) supaya siswa tambah termotivasi yaitu dengan menggunakan metode PBL (Problem Based Learning). PBL yang dalam bahasa Indonesia disebut Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada. Menurut Suyatno (2009), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model pembelajaran yang berbasis pada masalah. Masalah tersebut digunakan sebagai stimulus yang mendorong mahasiswa menggunakan pengetahuannya untuk merumuskan sebuah hipotesis, pencarian informasi relevan yang bersifat student-centered melalui diskusi dalam sebuah kelompok kecil untuk mendapatkan solusi dari masalah yang diberikan.
Langkah-Langkah Penggunaan Model Pembelajaran PBL menurut Pannen, 2001: 11) antara lain : Pertama, konsep dasar (basic concept). Fasilitator memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan peta yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Kedua, pendefinisian masalah (defining the problem). Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan peserta didik melakukan berbagai kegiatan brainstorming dan semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Ketiga, analisa data. Keempat, pemecahan masalah berdasarkan analisa data. Kelima, memilih cara pemecahan masalah. Keenam, merencanakan penerapan pemecahan masalah. Ketujuh, uji coba terhadap rencana yang ditetapkan. Kedelapan, melakukan tindakan untuk pemecahan masalah.
Penerapan metode PBL pada materi atletik ini, kesulitan yang terjadi pada siswa telah terpecahkan masalahnya. Dengan PBL dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar, sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir. Belajar memecahkan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa. Sehingga berpengaruh besar terhadap pada hasil belajar siswa. (bp2/ton)
Guru PJOK SDN 02 Blacanan, Kec. Siwalan Kab. Pekalongan