RADARSEMARANG.COM, Di SMA Negeri 1 Gringsing penulis mencoba keluar dari pakem dengan menerapkan paradigma baru dalam mengelola proses belajar mengajar. Kalau biasanya terkesan lurus dan kaku dalam melaksanakan “pementasan “di kelas sesuai dengan pakemnya (RPP), maka sedikit demi sedikit diadakan inovasi.
Kalau biasanya setelah mengucapkan salam lalu berdoa, walaupun bukan jam yang pertama dan terkadang ada peserta didik yang mengatakan: “Kan tadi jam pertama sudah berdoa, Pak”, penulis jawab : “Berdoa itu sebagai satu usaha untuk mendekatkan diri pada yang Maha Kuasa. Karena itu semakin sering kita berdoa, kita akan semakin dekat dengan-Nya. Kalau semakin dekat dengan-Nya maka apapun yang kita minta akan cepat terkabul.”
Usai kegiatan tersebut dilanjut dengan absensi, apersepsi dan penayangan tujuan pembelajaran. Inilah penulis katakan sebagaimana pakemnya. Inovasi yang penulis lakukan adalah menayangkan video penanaman nilai-nilai integritas moral (pendidikan karakter) tentang berbuat baik kepada orang tua terutama ibu, bapak ibu guru, tetangga, teman, dan lingkungan alam. Bahkan tentang ajaran keagamaan.
Penayangan pendidikan karakter ini hanya lima sampai dengan sepuluh menit, tetapi hasilnya luar biasa. Peserta didik merasa hanyut dalam situasi yang membuatnya “hidup” di dalam video tersebut. Apalagi pada saat penayangan video tersebut, penulis berikan komentar sehingga para peserta didik yang belum atau tidak sesuai dengan video tersebut akan menangis. Merasa dirinya bersalah ataupun menyesal terhadap apa yang telah mereka lakukan selama ini.
Konsekuensinya, penulis harus rajin berburu video tentang pendidikan karakter. Karena setiap kali masuk kelas harus membawa dan menayangkan video-video baru yang belum pernah ditayangkan di kelas tersebut. Apa yang penulis lakukan ini, membuat peserta didik ketagihan. Buktinya ketika pamit di kelas, karena ada undangan MGMP atau keperluan lain, mereka tanpa dikomando menyuarakan kekecewaannya.
Selesai penayangan video suasana dikembalikan dengan memberikan motivasi ataupun semangat. “Tidak ada kata terlambat untuk memulai hal yang baru, yang sudah terjadi, yang sudah kamu lakukan, biarlah berlalu. Kamu pulang ke rumah masing-masing bersimpuh di kaki ibumu, bersujudlah minta maaf ambil alih pekerjaannya. Kalau ibumu sedang mencuci gelas atau piring, mulailah dengan yang kamu lihat tadi. Perbaiki tingkah lakumu kepada orang tuamu, berbuat baiklah kepada mereka selagi mereka masih hidup. Raih kebahagiaanmu selama hidupmu dengan berbuat baik kepada orangtuamu, saudaramu, tetanggamu, temanmu dan siapapun.”
Kalau suasana belum kembali ke situasi dan kondisi yang penulis inginkan, maka sebelum memulai PBM penulis menayangkan video yang membuat peserta didik tersenyum atau tertawa. Kalau situasi sudah kondusif, maka video jenis ini akan penulis tayangkan sebagai ice breaking setelah peserta didik jemu terhadap situasi PBM. Setelah situasi dan kondisi memungkinkan untuk memulai PBM, penulis berikan apersepsi baru kemudian membentuk kelompok kerja dan diskusi dengan menggunakan model pembelajaran Discovery Learning. Ini salah satu dari beberapa model pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Permendikbud nomor 103 tahun 2014 dan Permendikbud nomor 22 tahun 2016.
Model pembelajaran Discovery Learning memiliki enam tahap yaitu stimulation (memberi stimulus), problem statement (mengidentifikasi masalah), data collecting (mengumpulkan data), data processing (mengolah data), verification (memverifikasi) dan generalization (menyimpulkan).
Sebelum pembelajaran dimulai kelas dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri atas 5 sampai 6 peserta didik kalau lebih dari itu, peran serta peserta didik di dalam kelompok tersebut kurang bisa maksimal.
Harapan penulis dengan mengedepankan pendidikan karakter, maka peserta didik akan terinternalisasi dengan nilai-nilai karakter tersebut. Kelak sebagai pemegang estafet kepemimpinan di negeri ini akan bertindak sesuai dengan hati nuraninya. (pai1/ida)