26 C
Semarang
Tuesday, 17 December 2024

Meningkatkan Karakter Religius Siswa PAKatBP melalui Metode SBDP

Oleh : Alexander Arief Wibowo, S.S

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sejak Februari 2020 sampai saat ini, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di SDN Ngaliyan 01 Semarang masih dilaksanakan secara daring (dalam jaringan internet). Dalam proses KBM daring ini, guru dan siswa tidak dapat bertatap muka secara langsung seperti saat sebelum pandemi Covid-19. Namun, “tatap muka” masih bisa dilaksanakan melalui berbagai media sosial seperti Whatsapp Application (WA), Instagram, Facebook, Zoom Cloud Meeting, Telegram, Line, Google Classroom, dan lain sebagainya. Melalui berbagai media sosial tersebut, guru dan siswa dapat terhubung satu sama lain pada waktu yang telah disepakati: guru memberikan materi pembelajaran, sementara siswa menerima dan memahaminya.

Dalam perkembangannya, ternyata proses KBM daring ini sesuai dengan konsep Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang dicanangkan oleh Mendikbud RI. Simonson (2006) mengatakan bahwa PJJ adalah pendidikan formal berbasis lembaga yang peserta didik (siswa) dan instruktur (guru)-nya berada di lokasi terpisah sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan di dalamnya. Pembelajaran elektronik (E-learning) atau pembelajaran daring (online) merupakan bagian dari PJJ yang secara khusus menggabungkan teknologi elektronika dan berbasis internet.

Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti (PAKatBP), PJJ ini menjadi tantangan tersendiri, terutama dalam upaya meningkatkan karakter religius siswa. Jika proses KBM berjalan normal dengan tatap muka secara langsung di Ruang Agama, karakter religius siswa tentu lebih mudah dipantau perkembangannya. Tetapi dalam PJJ, dibutuhkan kemauan, bahkan kreativitas untuk memantau dan membina karakter religius siswa. Setelah melalui berbagai pemikiran, akhirnya muncullah metode SBDP untuk meningkatkan karakter religius siswa Katolik di SDN Ngaliyan 01.

Dalam jenjang sekolah dasar, ada salah satu materi pembelajaran bernama SBdP, yang artinya Seni Budaya dan Prakarya. Namun, dalam konteks PAKatBP, SBDP merupakan singkatan dari Siswa Berdoa Didampingi Papa (atau Mama). Dalam metode SBDP ini, guru memberikan tugas sederhana setelah selesai “tatap muka”, yakni berdoa. Namun, berdoa di sini harus didampingi oleh orang tua, boleh papa/ayah, boleh mama/ibu, boleh juga keduanya. Berdoanya juga bebas, bisa doa pagi, doa malam, doa sebelum belajar, bisa pula doa setelah belajar. Untuk laporan pelaksanaan tugasnya, sebaiknya dalam bentuk gambar (foto) atau video. Maka, dalam laporan tersebut, wajah orang tua juga akan terekspos bersama dengan putera atau puterinya.

Metode SBDP ini nyatanya terbilang cukup positif dalam rangka meningkatkan karakter religius siswa. Keterlibatan orang tua itulah kuncinya. Pembinaan karakter siswa selama PJJ dinilai sangat sulit dilakukan karena guru dan siswa terpisah jarak, maka orang tua yang sekarang terus berada dekat siswa perlu dilibatkan. Di sinilah komunikasi dan sinergi antara guru PAKatBP dan orang tua semakin terjalin.

Ada pula manfaat lain dari metode SBDP, yakni kedekatan afektif antara siswa dengan orang tuanya semakin bertumbuh karena siswa merasa diperhatikan belajarnya oleh orang tua. Siswa merasakan bahwa kehadiran orang tua itu sebagai bentuk perhatian kepada dirinya walau kehadiran ini hanya sebentar saja, yakni demi membuat laporan penugasan. Perhatian yang terus-menerus dirasakan oleh siswa ini akhirnya menjadi energi positif untuk terus bersemangat dalam belajarnya walau masih PJJ. (ips2.2/ton)

Guru Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti SD Negeri Ngaliyan 01 Semarang


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya