RADARSEMARANG.COM, PROSES pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif seluruh peserta didik. Kegiatan belajar berpusat pada peserta didik, guru sebagai motivator dan fasilitator agar suasana kelas lebih hidup.
Pengajaran bahasa Inggris di tingkat SMP meliputi empat aspek atau kecakapan berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing). Keseluruhan aspek itu didukung beberapa unsur kebahasaan lain yaitu, kosakata (vocabulary), grammar, dan pengucapan (pronunciation) sebagai satu kesatuan dalam mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran.
Dari keempat aspek tersebut, kesulitan paling esensi yang ada pada mata pelajaran bahasa Inggris adalah aspek berbicara (speaking), yaitu bagaimana cara membelajarkan mengungkapkan bahasa tersebut secara lisan dan berterima. Pada umumnya peserta didik kurang mampu atau terampil dalam mengungkapkan bahasa lisan secara akurat, lancar, dan berterima, walaupun mereka telah mengalami pembelajaran dalam beberapa bahasan pada siklus lisan.
Masalah ini sangat penting dan memerlukan penyelesaian yang tepat dan cepat karena dampaknya adalah tidak berjalannya kegiatan pembelajaran speaking di dalam kelas. Di dalam standar kompetensi bahasa Inggris SMP memiliki beberapa wacana untuk kelas VII, salah satunya adalah berbicara monolog procedure sederhana.
Berikut adalah salah satu kompetensi keterampilan berbicara yaitu, mengungkapkan makna dalam berbicara monolog pendek sangat sederhana dengan menggunakan ragam bahasa lisan secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dengan lingkungan terdekat dalam teks berbentuk descriptive dan procedure (Standar Isi, 2006:4).
Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru pada saat ini cenderung pada pencapaian target materi kurikulum, lebih mementingkan pada penghafalan konsep bukan pada pemahaman. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang selalu didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi, biasanya guru menggunakan metode ceramah, guru hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikannya dan sedikit peluang bagi peserta didik untuk bertanya. Dengan demikian, suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga peserta didik menjadi pasif.
Untuk memecahkan permasalahan tersebut, guru dapat menerapkan metode pembelajaran demonstrasi, yakni praktekkan berbicara monolog procedure text pada peserta didik kelas VII SMPN 2 Dempet, Kabupaten Demak. Melalui metode demonstrasi tersebut ternyata keterampilan mengungkapkan berbicara monolog procedure text siswa menjadi meningkat.
Kelebihan metode demonstrasi antara lain, a) membantu peserta didik memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu benda, b) memudahkan berbagai jenis penjelasan, dan c) kesalahan-kesalahan yang terjadi hasil dari cermah dapat diperbaiki melalui pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya (Djamarah, 2000: 56).
Metode demonstrasi baik digunakan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang hal-hal yang berhubungan dengan proses mengatur sesuatu, proses membuat sesuatu, proses bekerjanya sesuatu, dan proses mengerjakan atau menggunakan sesuatu. Agar pelaksanaan metode demonstrasi berjalan baik, alangkah baiknya guru memperhatikan hal-hal berikut, rumuskan tujuan instruksional yang dapat dicapai oleh siswa, susun langkah-langkah yang akan dilakukan dengan demonstrasi secara teratur sesuai dengan skenario yang direncanakan, persiapkan peralatan atau bahan yang dibutuhkan sebelum demonstrasi dimulai dan atur sesuai skenario yang direncanakan, teliti terlebih dahulu alat dan bahan yang akan digunakan agar demonstrasi berhasil dilakukan, perhitungkan waktu yang dibutuhkan sehingga kita dapat memberikan keterangan dari peserta didik bisa mengajukan pertanyaan apabila ada keraguan. (bw1/ida)
Guru Bahasa Inggris SMPN 2 Dempet, Kabupaten Demak