RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Pendidikan mendorong manusia untuk hidup lebih baik. Salah satu faktor yang mempengaruhi pendidikan adalah perkembangan zaman. Pembaharuan proses pendidikan yang disesuaikan dengan perkembangan zaman dapat meningkatkan mutu pendidikan. Pembaharuan proses pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki proses pembelajaran.
Pendidikan tidak dapat berjalan tanpa adanya proses pembelajaran. Pembelajaran pada dasarnya merupakan proses mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Guru harus kreatif agar siswa tidak bosan dalam pembelajaran. Kemampuan siswa dalam menerima pelajaran harus dapat diketahui oleh guru. Guru harus dapat membentuk siswa menjadi unggul dalam afektif, kognitif, dan psikomotorik.
Banyak hal yang menghambat proses pembelajaran di sekolah, salah satunya adalah guru mengalami kesulitan dalam penyampaian materi karena kurikulum yang selalu berubah-ubah. Dampak perubahan kurikulum yang berubah-ubah adalah guru kurang memperhatikan kebiasaan siswa dalam belajar.
Pembelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang kurang disukai siswa. Beberapa alasan siswa kurang menyukai pelajaran tersebut diantaranya mata pelajaran IPS banyak hafalan. Pembelajaran tidak hanya sekadar guru menyampaikan materi dan siswa mendengarkan, melainkan mengembangkan apa yang diterima siswa menjadi suatu pemikiran baru. Guru sebagai sumber utama pengetahuan sedangkan siswa hanya sebagai pendengar dan penerima pengetahuan tersebut. Banyak siswa mampu menyajikan tingkat hafalan yang baik terhadap materi ajar yang diterimanya, tetapi pada kenyataannya mereka tidak memahaminya. Sebagian besar siswa tidak mampu mengabungkan antara apa yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dipergunakan.
Hal tersebut terjadi pada pembelajaran di SMPN 2 Sumowono. Salah satu kompetensi dasar geografi yang harus dikuasai siswa kelas VIII B SMP Negeri 2 Sumowono adalah materi Negara ASEAN. Kemampuan siswa dalam memahami materi ini umumnya rendah. Pasalnya, pada kompetenasi dasar ini siswa harus menguasai kemampuan yang tinggi tingkat kesulitannya. Di samping itu, cakupan materi pada kompetensi ini cukup banyak dibandingkan dengan kompetensi dasar yang lain.
Kondisi ini menyebabkan hasil belajar materi Negara ASEAN yang diperoleh sebagian besar siswa rendah di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM), yaitu 75 dari total siswa 35. Yaitu siswa yang mendapatkan nilai memenuhi KKM hanya 51,16 persen. Melihat kondisi ini, penulis menggangap perlu untuk menemukan model pembelajaran yang bisa membuat siswa lebih mudah dalam menguasai materi Negara ASEAN dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Model pembelajaran make a match (mencari pasangan) merupakan model pembelajaran efektif, afektif, dan menyenangkan (PAKEM). Model make a match sebagai metode mencari pasangan.
Pengembangan model ini adalah Lorry Curran, tahun 1994. Model make a match adalah metode pembelajaran aktif untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajari. Setiap siswa menerima satu kartu. Kartu ini bisa berisi pertanyaan, bisa berisi jawaban. Selanjutnya mereka mencari pasangan yang cocok sesuai dengan kartu yang dipegang. Model PAKEM yaitu pembelajaran kooperatif (cooperative Learning) yang mengutamakan kerjasama dan kecepatan di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran make a match merupakan strategi yang cukup menyenangkan yang digunakan untuk mengulang materi yang telah diberikan sebelumnya. (bw1/ida)
Guru SMPN 2 Sumowono, Kabupaten Semarang