RADARSEMARANG.COM, Istilah belajar online atau daring akhir-akhir ini menjadi trending topic. Sudah tidak asing lagi bagi guru maupun siswa dengan penggunaan gadget untuk menunjang proses pembelajaran jarak jauh. Hampir semua pendidikan telah melakukan pembelajaran daring. Dari tingkat TK bahkan sampai tingkat perguruan tinggi.
Namun, sekarang timbul pertanyaan. Bagaimana dengan siswa yang tidak memiliki alat elektronik berupa ponsel maupun laptop? Apakah mereka harus dipaksa untuk membelinya. Memaksa mereka adalah hal yang tidak bijak. Bagi masyarakat yang tingkat ekonomi bagus,membeli gadget atau laptop merupakan hal yang ringan. Tetapi bagi masyarakat yang ekonominya menengah ke bawah, membeli gadget atau laptop adalah hal yang sangat berat. Bagi mereka bisa memenuhi kebutuhan pokok seperti makan untuk setiap hari saja adalah hal yang berat. Apalagi untuk membeli gadget atau laptop.
Sehingga dari kondisi tersebut, guru harus menyiapkan cara yang tepat agar selam pandemi ini pembelajaran tetap berlangsung. Tentunya tanpa harus mempersyaratkan mempunyai gadget ataupun laptop bagi siswa. Salah satu metode yang bias menjadi solusi yaitu dengan home visit. Home visit adalah kegiatan pembimbingan atau konselor mengunjungi tempat tinggal orang tua siswa (Hibana S Rahman, 2003:76). Sementara itu menurut (Sukardi, 2008:235), mengatakan bahwa home visit adalah metode yang bertujuan mengetahui keadaan siswa di rumah untuk memperoleh berbagai keterangan atau data yang diperoleh dalam prmahaman lingkungan dan permasalahan siswa yang berguna dalam pembahasan dan pemecahan siswa.
Jika ditarik kesimpulan, dalam metode home visit ini, gurulah yang lebih aktif datang ke rumah maring-masing siswa. Hal ini tentunya berbeda dari kebiasaan sebelumnya saat sebelum ada pandemi Covid-19.
Teknis sebelum melaksanakan home visit yaitu bentuklah kelompok maksimal beranggotaan 5 anak. Pilihlah anggota kelompok yang rumahnya saling berdekatan. Tentukan jadwal home visit secara jelas. Tatap muka home visit dilakukan minimal satu kali dalam seminggu. Jika jumlah siswa banyak, pertemuan bisa dilakukan lebih dari satu kali dalam seminggu, karena sudah barang tentu kelompokpun banyak. Tentukan durasi waktu pada setiap pertemuan. Maksimal 2 jam tanpa istirahat. Tentukan tempat tinggal atau rumah siapa saja yang akan dijadikan tempat pembelajaran. Usahakan tempatnya bergantian. Pada pelaksanaannya harus tetap mematuhi protokol kesehatan. Seperti memakai masker, cuci tangan dan jaga jarak.
Adapun teknis saat pelaksanaan home visit yaitu malam harinya guru mempersiapkan materi pelajaran yanga akan diberikan. Pagi-pagi guru mendatangi rumah siswa sesuai dengan jadwal. Guru dan siswa berdoa bersama sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. Guru memberikan materi pelajaran seperlunya saja. Karena sesuai dengan pernyataan Mendikbud bahwa pelaksanaan pembelajaran pada saat pandemi yaitu menggunakan Kurikulum Darurat. Sehingga materi materi pelajaran yang diberikan dilonggarkan sesuai dengan kebutuhan. Guru memberikan tugas untuk dikerjakan secara mandiri. Setelah selesai pembelajaran, guru dan siswa menutup pembelajaran dengan doa bersama.
Dengan metode home visit, semua anak tetap bisa belajar meskipun tidak mempunyai gadget atau laptop. Seperti yang dilakukan di SD Negeri 02 Kandangserang, Kabupaten Pekalongan. Para siswa bersemangat sekali dalam mengikuti pembelajaran home visit. Guru harus rela berkorban sedikit untuk datang ke rumah-rumah siswa dengan jadwal yang sudah dibuat. Jadi tidak ada alasan bagi seorang guru untuk tetap memberikan ilmu bagi para siswanya. Sekalipun di masa pandemi Covid-19 ini. (bp1/lis)
Guru PAIBP SD Negeri 02 Kandangserang, Kabupaten Pekalongan