RADARSEMARANG.COM, Bukan rahasia lagi jika mata pelajaran matematika tidak disukai siswa. Dengan berbagai argumen dari sulit, banyak hitung-hitungan, membosankan, tidak tahu rumusnya sampai alasan klasik nggak suka saja. Hal tersebut tanpa disadari menjadi penyebab rendahnya capaian nilai matematika. Karena kurang paham konsep akibat tidak mampu menguasai antar konsep, rendahnya pemahaman karena materi yang selalu terkait dengan pembelajaran sebelumnya, ditambah kadang konsep yang disampaikan guru masih terlalu abstrak.
Salah satu konsep yang banyak tidak di pahami siswa kelas VII pada KD 3.2 yakni menjelaskan dan melakukan operasi hitung bilangan bulat. Dimana rata mereka kesulitan jika sudah menggunakan bilangan bulat positif dan negative secara bersamaan dengan operasi hitung menjumlah atau mengurang.
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa salah satu penyebab siswa mengalami kesulitan atau kekeliruan dalam menyelesaikan permasalahan matematika adalah kesalahan pada prinsip operasi hitung. Jika permasalahan itu tidak diatasi maka banyak materi pada kelas selanjutnya yang terhambat. Karena pemahaman operasi bilangan bulat menjadi pengetahuan prasyarat pada persamaan dan pertidaksamaan linier maupun persamaan kuadrat, Persamaan garis dan materi kelas lanjutan yang lain.
Salah satu cara yang coba penulis lakukan yakni menggunakan pembelajaran yang melibatkan modalitas belajar siswa yang memang beragam seperti modalitas belajar audiotory, visual dan kinestetik (avika). Siswa dengan modalitas auditori (auditory learning) atau gaya belajar pendengar mengandalkan proses belajarnya melalui pendengaran (telinga). Mereka memperhatikan sangat baik pada hal-hal yang didengar. Mereka juga mengingat sesuatu dengan cara “melihat” dari yang tersimpan di telinganya. Pada umumnya, seorang anak yang memiliki modalitas auditori ini senang mendengarkan ceramah, diskusi, berita di radio, dan juga kaset pembelajaran. Mereka senang belajar dengan cara mendengarkan dan berinteraksi dengan orang lain (Robert Steinbach, Succesfull Lifelong Learning, terj. Kumala Insiwi Suryo, Jakarta: Victory Jaya Abadi, 2002, hlm. 29). Sedangkan siswa modalitas visual, akan belajar dengan menitik beratkan ketajaman penglihatan. Seorang anak yang memunyai gaya belajar visual akan lebih mudah mengingat dengan cara melihat, misalnya membaca buku, melihat demonstrasi yang dilakukan guru, melihat contoh-contoh yang tersebar di alam atau fenomena alam dengan cara observasi, bisa juga dengan melihat pembelajaran yang disajikan melalui TV atau video kaset (Hariyanto dan Suyono, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012, hlm. 149). Bagi siswa dengan modalitas kinestetik, disebut juga sebagai gaya belajar penggerak dalam belajar ini senantiasa menggunakan dan memanfaatkan anggota gerak tubuhnya dalam proses pembelajaran atau dalam usaha memahami sesuatu, mereka memiliki kecenderungan lebih memahami tugas-tugasnya bila mereka mencobanya (Robert Steinbach, Succesfull Life long Learning terj. Kumala Insiwi Suryo, hlm. 31).
Menurut Huda (2013) tiga modalitas pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Fleming (2001) untuk menunjukkan preferensi individu dalam proses belajarnya, yakni avika.
Meskipun ketiga modalitas tersebut hampir semuanya dimiliki oleh setiap orang, tetapi hampir semua dari mereka selalu cenderung pada salah satu diantara ketiganya (Dilts, Grinder, Bandler & DeLozier 1980). Kelebihan model pembelajaran visual, auditory, kinestetik yaitu sebagai berikut: pembelajaran akan lebih efektif, karena mengombinasikan ketiga modalitas belajar. Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing, artinya siswa belajar sesuai potensi diri (student center). Memunculkan suasana belajar yang lebih baik, menarik dan efektif. Memberikan pengalaman langsung kepada siswa. Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan yang di rancang sesuai modalitas yang dimiliki.
Saat pembelajaran avika dengan materi operasi penjumlahan dan pengurangan Bilangan Bulat pada siswa kelas VII.5 SMP Negeri 17 Depok, Jawa Barat, Guru telah mempersiapkan berbagai rancangan untuk 3 modalitas. (pai1/lis)
Guru SMPN 17 Depok, Jawa Barat