RADARSEMARANG.COM, Pendidikan adalah salah satu sektor yang paling terkena dampak pandemi Covid-19. Pemerintah secara bertahap mengganti proses kegiatan belajar mengajar tatap muka menjadi belajar mandiri menggunakan sistem daring. Pembelajaran matematika di SMK menjadi tantangan tersendiri bagi guru dan siswa selama pandemi Covid-19 karena guru harus lebih kreatif dalam mengolah proses pembelajaran matematika. Solusi pembelajaran matematika selama belajar mandiri salah satunya dengan pendekatan PMRI (Pendidikan Matematika Realistik Indonesia). PMRI merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dekat dengan aktivitas manusia. Melalui pendekatan PMRI, pembelajaran lebih menekankan pada hal-hal riil yang dialami siswa, keterampilan proses, berdiskusi, berargumentasi, dan berkolaborasi.
Pendekatan PMRI diawali dengan menggunakan masalah kontekstual sebagai titik tolak persoalan matematika muncul, kemudian mengubah permasalahan tersebut ke dalam bahasa matematika melalui proses abstraksi dalam bahasa matematika. Pada proses abstraksi, yaitu proses menuju matematika yang bersifat abstrak, siswa harus dibimbing secara terstruktur, sehingga siswa dapat mengonstruksi suatu materi berdasarkan kemampuan siswa sendiri. Selama melakukan pendekatan PMRI juga harus memperhatikan prinsip PMRI yaitu, penemuan terbimbing, fenomena mendidik, dan model pengembangan mandiri. Ketiga prinsip PMRI tersebut harus tampak selama proses pembelajaran.
Sebagai contoh pada pembelajaran matematika di SMK jurusan pertanian, hal ini sangat mungkin dilakukan. Petani menggunakan matematika sebagai alat efektif dalam memanfaatkan waktu dan sumber daya yang dimiliki. Petani menggunakan angka setiap hari untuk berbagai tugas, mulai mengukur dan menimbang, atau menandai lahan. Melalui kegiatan bertani siswa diharapkan belajar memecahkan masalah nyata yang ditemui.
Pada aktivitas menanam, memperhatikan jarak tanam dan banyak tanaman dengan luas lahan siswa kemudian diajak untuk menentukan perkiraan hasil panen. Siswa juga bisa diajak untuk memperkirakan berapa lama waktu yang mereka butuhkan untuk menanam dan memanen. Perkiraan waktu ini tentunya mempertimbangkan jenis tanaman, ketersediaan alat pendukung, serta sumber daya manusianya. Siswa dapat mempertimbangkan tren cuaca dan kondisi kelembaban di masa lalu untuk menentukan dan memutuskan kapan harus memulai pembenihan. Selain itu, siswa juga dapat memperkirakan waktu yang tersisa sampai panen dengan mempertimbangkan tingkat pertumbuhan.
Hal-hal tersebut bisa menjadi topik diskusi matematika yang berkaitan dengan pertanian selama diskusi daring. Guru membimbing dan memantau kemajuan belajar siswa melalui aplikasi daring yang digunakan, dan dari tugas ini siswa akan membangun pengetahuannya sendiri sebagai model pengembangan mandiri. Pemilihan metode, strategi, model, pendekatan, atau media yang tepat dengan fasilitas yang ada di sekeliling kita selama pandemi COVID-19 akan tetap mampu mempertahankan kualitas pembelajaran. Salam. (*/ton)
Guru Matematika SMK Negeri 1 Bawen