RADARSEMARANG.COM, DI dalam pembelajaran berbahasa dikehendaki terjadinya kegiatan berbahasa, yakni kegiatan menggunakan bahasa. Demikian halnya dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang menuntut siswa memiliki kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis.
Mata pelajaran bahasa Indonesia pada kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan berbasis teks. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajarnya, siswa akan menjumpai jenis teks yang berbeda dalam setiap bab yang dipelajari. Sebagai produk hasil mempelajari teks tersebut, siswa dituntut untuk mampu menyajikan teks, baik secara lisan maupun tulis. Inilah permasalahan yang sering dijumpai di SMP Negeri 3 Kedungwuni, khususnya pada siswa kelas VII saat mempelajari kompetensi dasar menyajikan data rangkaian kegiatan ke dalam bentuk teks prosedur dengan memperhatikan struktur, unsur kebahasaan, dan isi secara lisan dan tulis. Hasil teks prosedur yang ditulis siswa seringkali kurang jelas dan sulit dipahami karena kalimat-kalimat yang ditulis siswa tidak sesuai dengan kaidah penyusunan kalimat yang baik dan benar.
Kesalahan siswa dalam menyusun kalimat, sehingga kalimat menjadi sulit dipahami, dimungkinkan karena ketika siswa ditugasi oleh guru untuk menulis, sebelumnya tidak dibekali pengetahuan tentang penerapan kaidah kebahasaan secara memadai. Terlebih lagi pada masa pandemi seperti sekarang ini, guru tidak mempunyai cukup waktu bahkan tidak berkesempatan untuk bertatap muka menjelaskan kaidah kebahasaan secara intensif kepada para siswa. Akibatnya, kalimat yang dihasilkan siswa seringkali tidak sesuai dengan kaidah yang seharusnya diikuti. Faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kesalahan siswa dalam menyusun kalimat pada pembelajaran menulis perlu ditelusuri dan diungkap. Dengan demikian, permasalahan dalam pembelajaran menulis ini menjadi semakin jelas sehingga guru dapat melakukan upaya-upaya konkret dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Kesalahan lazim dilakukan seseorang yang sedang belajar, termasuk siswa yang sedang belajar berbahasa. Hal tersebut merupakan proses dalam pembelajaran yang diharapkan menuju suatu keberhasilan. Oleh karena itu, kesalahan yang dilakukan siswa hendaknya tidak serta merta menjadi penilaian negatif, namun justru dijadikan pijakan untuk mengupayakan keberhasilan dalam belajar berbahasa.
Sebagaimana dikemukakan Tarigan (2011: 301) bahwa tidak ada siswa yang tidak pernah membuat kesalahan selama belajar di sekolah. Dengan kata lain, seseorang yang sedang mempelajari sesuatu pasti pernah melakukan kesalahan, termasuk dalam belajar berbahasa. Meskipun demikian, kesalahan yang sering dilakukan oleh para siswa hendaknya dikurangi, bahkan jika memungkinkan dapat dihilangkan sama sekali. Hal tersebut dapat dicapai apabila seluk beluk kesalahan itu dikaji secara cermat dan mendalam, yakni melalui “error analysis” atau analisis kesalahan berbahasa.
Melalui analisis kesalahan berbahasa, kesulitan dan kesalahan siswa dalam berbahasa dapat diketahui, kemudian hasilnya dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran bahasa tersebut. Sebagaimana halnya diungkapkan Parera (1997: 146) bahwa dengan mengetahui jenis dan kategori kesalahan bahasa siswa, guru dapat mengupayakan perbaikan, di antaranya mengganti metode mengajar yang cocok dan berhasil, mengganti buku siswa, mencari teknik-teknik mengajar yang lebih tepat dan dapat membantu siswa memperbaiki kesalahannya, serta memberikan model-model belajar bahasa yang benar dan baik.
Analisis kesalahan berbahasa ini telah diimplementasikan sebagai salah satu alternatif dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia untuk siswa di SMP Negeri 3 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan.
Berdasarkan hasil analisis kesalahan terhadap teks prosedur atau petunjuk yang ditulis siswa dapat disimpulkan bahwa terdapat kesalahan-kesalahan yang meliputi struktur kalimat yang tidak tepat; diksi yang tidak cermat; serta penulisan ejaan dan tanda baca yang tidak sesuai kaidah. Melalui kerja analisis kesalahan berbahasa seperti ini, khususnya dalam pembelajaran menulis teks prosedur, guru dapat mengidentifikasi dan mendeskripsikan kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyusun kalimat pada teks yang dibuatnya. Setelah kesalahan diidentifikasi dan dapat dideskripsikan, guru dapat melakukan langkah-langkah strategis dalam kegiatan pembelajaran berikutnya agar kesalahan yang pernah dilakukan siswa tidak terulang kembali. (bw1/ida)
Guru SMP Negeri 3 Kedungwuni, Kabupaten Pekalongan