RADARSEMARANG.COM, PENDIDIKAN akhlak merupakan tanggung jawab para orang tua dan guru. Untuk mensukseskan pendidikan akhlak ini, seorang anak selayaknya menemukan teladan baik di hadapannya, baik di rumah maupun di sekolah. Sehingga, teladan tersebut dapat dijadikan sebagai acuan dalam kehidupannya. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap pendidikan moralitas anak (Asy-Syaikh Fuhaim Musthafa, Manhaj Pendidikan Anak Islam, 26). Namun, hal yang lebih penting dalam pembinaan akhlak adalah pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus, karena akhlak yang baik tidak dapat dibentuk hanya dengan pelajaran, intruksi dan larangan, tetapi harus disertai dengan contoh.
Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran yang memiliki peran penting dalam pembentukan akhlak dan karaktek peserta didik. Salah satu upaya pembentukan akhlak dan karakter peserta didik di SD Negeri Proyonanggan 01 Batang adalah dengan kegiatan pembiasaan yang dilaksanakan secara rutin sebelum mulai pembelajaran jam pertama, yaitu salat dhuha.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan waktu dhuha adalah waktu menjelang tengah hari (kurang lebih pukul 10.00). Sedangkan menurut Ubaid Ibnu Abdillah, yang dimaksud salat dhuha adalah salat sunah yang dikerjakan ketika pagi hari pada saat matahari sedang naik, yaitu waktu antara naiknya matahari setinggi tombak, kira-kira menunjukkan pukul 07.00 sampai masuknya waktu dhuhur kira-kira pukul 11.30.
Pembiasaan salat dhuha yang dilaksanakan secara rutin oleh peserta didik akan mempengaruhi kejiwaan dan spiritualitas mereka sehingga akan memunculkan perilaku dan pekerti yang baik pula. Pelaksanaan pembiasaan salat dhuha ini, setelah siswa masuk kelas pada jam pertama. Guru yang mengajar jam pertama memandu pelaksanaan salat dhuha. Siswa diminta memiliki teks bacaan tata cara salat dhuha dan surat–surat yang telah ditentukan. Guru dan siswa membaca surat–surat yang telah ditentukan secara bersama-sama. Untuk mengetahui keberhasilan pembiasaan ini, dengan menggunakan model evaluasi konteks proses, yaitu untuk melihat sejauh mana hasil yang tercapai dengan optimal sesuai dengan target dan tujuan tingkat keberhasilan siswa dalam pelaksanaan pembiasaan salat dhuha.
Tujuan pembiasaan ini adalah, pertama, membiasakan siswa untuk melaksanakan salat dhuha. Kedua, memberikan ketenangan spiritualitas sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) dimulai. Ketiga, membentuk karakter siswa yang baik.
Hasil penelitian ini menunjukkan proses pembinaan karakter siswa melalui pelaksanaan salat dhuha di SD Negeri Proyonanggan 01 Batang, sudah diterapkan sejak kelas IV. Dengan harapan membiasakan siswa melakukan salat sunah di samping salat wajib untuk membentuk karakter spiritual. Adapun tahapannya, pertama, pengetahuan moral. Kedua, perasaan bermoral. Ketiga, perilaku moral. Adapun metode yang dipakai dalam pembinaan karakter adalah metode pembiasaan dan pengembangan diri, metode keteladanan, metode pemberian nasihat dan perhatian. Adapun karakter yang ditanamkan dari pembinaan melalui salat dhuha adalah karakter cinta Allah, karakter percaya diri, karakter tanggung jawab dan karakter disiplin. (pai2/ida)
Guru SD Negeri Proyonanggan 01 Batang