32 C
Semarang
Sunday, 15 June 2025

Belajar Bahasa Inggris Justru Pupuk Rasa Nasionalisme

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, SISTEM pendidikan di Indonesia menerapkan pendidikan berbasis karakter yang menjunjung nilai-nilai kemanusiaan yang tinggi. Kemendikbud memaparkan lima nilai karakter yang seharusnya terinternalisasi dalam pendidikan yaitu, nilai religius, nilai nasionalis, integritas, mandiri dan gotong royong (Pengelola Web Kemdikbud, 2017). Untuk mendapatkan pendidikan, maka lembaga keluarga bekerja sama dengan lembaga pendidikan dalam artian menempatkan anak mereka ke dalam sekolah, agar anak-anak mendapatkan lmu pengetahuan maupun karakter. Sekolah yang ideal adalah sekolah yang menerapkan nilai-nilai kemanusiaan sehingga setiap anak yang terdidik dapat ikut andil dalam mencapai tujuan nasional bangsa kita yang dimuat dalam UUD 1945 alinea keempat.

Lalu apa hubungannya pengenalan jati diri guru dan siswa dengan jiwa nasionalisme dan persatuan? Prayitno dan Manullang mengatakan bahwa nilai yang perlu dibangun dalam pembentukan karakter adalah nilai-nilai Pancasila. Sebab nilai-nilai Pancasila adalah karakter bangsa. Butir-butir Pancasila harus ditanamkan untuk membangun karakter siswa (Prayitno & Manullang, 2011). Kita harus menjadi pribadi yang berintegritas yang mana kita melakukan kebenaran bahkan tak ketika tak dilihat siapapun. Teladan yang tepat dan benar mendorong murid untuk melakukan hal yang sama. Guru Bahasa Inggris harus mampu menunjukkan jiwa nasionalisme, murid juga turut mengikuti. Pembelajaran bukan hanya pada tatanan hafalan atau pelengkap mata pelajaran.

Dalam mengajar, kita juga harus memberikan Edukasi tentang karakter kepada mereka. Menjadi pribadi yang berkualitas dan bekarakter baik adalah bagian dari jiwa nasionalisme. Karena sebuah sikap toleransi, saling peduli, penuh solidaritas merupakan identitas dari bangsa Indonesia dan juga tercantum dalam Pancasila yang merupakan dasar negara. Kita harus memberikan mereka pengetahuan nasionalisme dari tatanan yang paling sederhana, memberi tahu mereka bahwa untuk mejadi bagian dari nasionalisme tidak harus menjadi seorang anggota politik, menjadi warga negara yang baik juga merupakan salah satu bagian dari pergeraka nasionalisme (Sumarsono, et al., 2006).

Tak ada yang perlu dikhawatirkan dengan belajar Bahasa Asing sejak dini. Kekhawatiran bahwa hal itu bisa meluruhkan rasa nasionalisme anak tampak terlalu berlebihan. Mengutip hasil riset J Cummins dalam buku Language, Power, and Pedagogy: Bilingual Children in The Crossfire, Manajer English First (EF) Indonesia Arleta Darusalam mengatakan, anak yang mengembangkan dua kemampuan bahasa semasa sekolah akan mendapat pemahaman mendalam mengenai bahasa dancara penggunaannyasecara efektif.

Hasil riset tersebut membuktikan bahwa kemampuan bilingual membawa dampak positif bagi perkembangan pendidikan untuk anak. Disadari bahwa pentingnya penggunaan Bahasa Inggris yang baik dan benar sejak dini diharapkan mampu menjadikan generasi muda Indonesia berkualitas, kompeten, dan menjadi pemimpin andal, serta mampu bersaing di ajang internasional. Selain itu, kompetisi ini diharapkan dapat menjadi kesempatan emas bagi anak-anak dari penjuru daerah untuk berinteraksi.

Dengan saling menghormati satus ama lain dari latar belakang daerah dan budaya yang berbeda itu, maka akan tertanam sikap nasionalisme di hati mereka. Ini bisa dimengerti karena nasionalisme adalah satup aham yang menciptakan dan mempertahankan kedaulatan sebuah negara dalam mewujudkan satu konsep identita sbersama untuk sekelompok manusia. Jadi, walaupun berbeda-beda, tetapi datang dari negara yang satu, Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdaulat dan yang belajar Bahasa Inggris, semakin seseorang mahir dalam Bahasa Inggris, semakin ada peluang menjadi seorang nasionalis.

Melalui Bahasa Inggris dengan metode yang diterapkan di SMPN 1 Wonotunggal, anak kita bisa memperkenalkan Indonesia yang sangat beragam suku dan budaya kepada orang asing, yang kebanyakan dari mereka bisa berbahasa Inggris. Semakin menguasai bahasa asing, semakin luas wawasan dan pergaulannya, maka semakin besar pula peluang memperkenalkan Indonesia kemasyarakat luas dan internasional. (pai2/zal)

Guru SMP Negeri 1 Wonotunggal


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya