RADARSEMARANG.COM, PUISI merupakan salah satu materi sastra yang diajarkan selain prosa dan drama dalam pelajaran bahasa Indonesia. Pada jenjang SMP, materi puisi diberikan di kelas VII pada semester 2 berupa materi Puisi Rakyat. Sedangkan materi Puisi Bebas diberikan di kelas VIII pada semester 1. Kali ini secara khusus, penulis membahas tentang Menulis Puisi Bebas, materi kelas VIII semester 1 SMP Negeri 29 Semarang.
Menurut Kosasih (2012:97), puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Keindahan sebuah puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima, dan irama yang terkandung dalam karya sastra itu. Kekayaan makna yang terkandung dalam puisi disebabkan oleh pemadatan unsur-unsur bahasa. Puisi menggunakan bahasa yang ringkas, namun maknanya sangat kaya. Kata-kata yang digunakannya konotatif bermakna kias.
Sedangkan Puisi Bebas adalah puisi yang tidak terikat oleh beberapa aturan khusus, seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata tiap baris, dan bunyi persajakan. Dalam menulis puisi bebas terpenting adalah perasaan penulis dapat terekspresi dalam diksi yang tepat sehingga menghasilkan makna yang tajam dan mendalam.
Pembelajaran praktik menulis puisi pada pertemuan sebelumnya, siswa diberi keleluasaan untuk memilih tema yang dikuasainya. Siswa memilih objek di alam sekitar dan memfokuskannya pada satu objek untuk dikupas. Setelah itu, siswa menuangkannya dalam rangkaian diksi sehingga terbentuklah sebuah puisi.
Dengan teknik pembelajaran praktik tersebut, hasilnya kurang optimal. Indikasinya, jumlah larik puisi masih sedikit, pilihan kata cenderung seadanya, bahkan terkesan seperti cerita yang disusun dalam larik-larik saja. Penulis berupaya agar kreativitas dan imajinasi siswa terhadap objek yang dipilihnya lebih berkembang. Untuk itu, pada pembelajaran berikutnya, penulis memberikan media bantu berupa ancangan pohon kata (apokat), dengan harapan imajinasi siswa lebih berkembang.
Adapun langkah-langkah pembelajaran menulis puisi bebas dengan bantuan media Apokat, 1) pembelajaran didasari dengan pemberian materi unsur intrinsik puisi berupa tema, diksi, rima, majas, tipografi, irama, serta citraan. 2) Guru menyediakan print out gambar ancangan pohon kata yang di-share secara daring. 3) Siswa menentukan objek sebagai pilihan tema yang akan ditulis. 4) Objek tersebut diurai dalam bentuk kata-kata (kata kerja, kata sifat, atau kata benda,dengan menyesuaikan temanya), kemudian diisikan pada pohon kata yaitu di dahan/ ranting-rantingnya. 5) Pohon kata dapat diparuh menjadi dua bagian kanan dan kiri, misalnya di bagian kiri untuk menulis puisi yang mudah (diafan) dan bagian kanan untuk menulis puisi sulit (prismatis) yang diksinya berupa lambang/simbol. Siswa menentukan sendiri puisinya apakah tergolong diafan atau prismatis. 6) Kata-kata pada dahan/ranting, masing-masing dikembangkan dalam kalimat-kalimat dengan memerhatikan ketepatan diksinya. 7) Untaian kata/kalimat diperindah dengan memerhatikan rima, majas, citraan, serta selalu disesuaikan dengan temanya. 8) Langkah terakhir, memberikan judul yang menarik.
Dengan langkah-langkah tersebut, siswa merasa lebih mudah menulis puisi. Yakni, dengan penggalian ide-ide yang dituangkannya pada pohon kata, kemudian dikembangkan menjadi puisi. Siswa lebih tertantang mencari kosakata agar sesuai dengan rima, majas, maupun citraannya. Terbukti, dengan bantuan media apokat, siswa lebih menikmati proses dalam menciptakan puisi dengan hasil karya yang lebih baik dari sebelumnya. (ips2/ida)
Guru Bahasa Indonesia SMPN 29 Semarang