26 C
Semarang
Thursday, 23 October 2025

Teknik Penjurian Tingkatkan Motivasi Peserta Didik pada Pembelajaran Teks Laporan Hasil Obeservasi

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, Sekolah sebagai institusi pendidikan formal memiliki fungsi dan peran yang sangat vital dalam pelestarian dan pewarisan budaya bangsa. Melalui pendidikan yang diperoleh di bangku sekolah, generasi muda diharapkan memiliki kecintaan terhadap budaya bangsanya, tak terkecuali terhadap bahasa sebagai jati diri dan identitas bangsa.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Prof. DR. Koentjaraningrat tentang kebudayaan. Menurutnya, bahasa merupakan salah satu dari tujuh unsur kebudayaan universal (culture universal) (www.slideshare.net Unsur Kebudayaan Menurut Koentjaraningrat: 22 Agustus 2016).

Dalam kurikulum pendidikan nasional, bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Langkah dan kebijakan ini sangat tepat dalam upaya melestarikan warisan budaya bangsa agar tak tergerus pengaruh budaya asing.

Sebagai mata pelajaran wajib, pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan pada tujuan agar peserta didik dapat menguasai empat keterampilan berbahasa. Yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Dari keempat keterampilan berbahasa itu kompetensi peserta didik pada keterampilan menulis dan berbicara masih belum memenuhi harapan.
Secara umum faktor yang memengaruhi belajar siswa ada tiga, yaitu faktor internal (dari diri siswa) yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa, faktor eksternal (dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa, dan faktor pendekatan belajar (approach to learning). Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pembelajaran (Islamuddin, 2012 : 181).

Pada keterampilan berbicara, faktor internal yang bersumber dari diri siswa bisa berupa kurangnya rasa percaya diri, minat dan motivasi, atau penguasaan bahasa. Adapun faktor eksternal lebih pada pengaruh dari luar diri siswa, termasuk metode dan teknik mengajar guru. Sedangkan faktor pendekatan belajar lebih berupa kekeliruan siswa dalam menerapkan teknik belajarnya sendiri.

Penulis berasumsi bahwa rasa percaya diri, minat, dan motivasi siswa akan terbangun bila guru mampu mengemas metode atau teknik pembelajaran dengan tepat. Begitu pun faktor pendekatan belajar siswa akan teratasi oleh guru melalui pemilihan teknik atau metode pembelajaran yang sesuai. Atas dasar asumsi itu penulis mencoba menggunakan teknik penjurian pada pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas VII SMPN 19 Depok, yaitu pada KD 4.8: menyajikan rangkuman teks laporan hasil observasi yang berupa buku pengetahuan secara lisan dan tulis dengan memperhatikan kaidah kebahasaan atau aspek lisan.

Teknik penjurian pada pembelajaran ini diawali dengan pembagian kelompok. Kemudian penulis menugasi siswa untuk membuat rangkuman buku ilmu pengetahuan yang sudah disiapkan dari perpustakaan. Pada pertemuan berikutnya setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman tersebut di depan kelas berdasarkan nomor undian seperti lomba. Kelas disetting seperti ruang lomba dengan tempat duduk juri di baris depan. Format penilaian dan hadiah sederhana pun disiapkan agar siswa termotivasi tampil dengan baik. Yang bertindak sebagai juri adalah penulis sendiri berkolaborasi dengan guru lain yang sudah diminta kesediaannya untuk menjadi juri pada jam pembelajaran tersebut. Selesai semua kelompok presentasi, juri pun mengumumkan kelompok yang menjadi juara. Guru memberikan reward kepada kelompok tersebut berupa tanda bintang dan nilai terbaik.

Ternyata, teknik ini berhasil membangun motivasi siswa pada pembelajaran teks laporan hasil observasi. Siswa antusias mengikuti pembelajaran hingga selesai. Benar adanya bahwa kompetisi adalah naluri bawaan manusia (human need) yang menjadi kebutuhan dasar manusia. (bp1/lis)

Guru Bahasa Indonesia di SMPN 19 Depok, Jawa Barat


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya