RADARSEMARANG.COM, IPS adalah mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Mengingat pentingnya pelajaran IPS dalam pengembangan generasi peserta didik, maka diperlukan kreativitas guru dalam mengembangkan program pembelajaran. Program pembelajaran IPS harus mampu memberikan pengalaman-pengalaman belajar yang berorientasi pada aktivitas belajar peserta didik, Pelibatan peserta didik dalam aktivitas belajar agar mereka memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam lingkungan belajar yang dibuat sebagaimana realitas yang sesungguhnya.
Permasalahan ini juga terjadi di kelas VI (enam) SDN Tampingwinarno, penyampaian materi pembelajaran masih secara klasikal. Guru menjelaskan menggunakan metode ceramah dan peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat. Hal tersebut mengakibatkan penyampaian informasi hanya satu arah. Akibatnya ketika pembelajaran IPS dengan materi Menganalisis karakateristik geografis dan kehidupan sosial budaya di wilayah ASEAN berlangsung peserta didik cenderung bosan, cerita sendiri, dan kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Belum maksimalnya penggunaan media pembelajaran, dan kurangnya variasi penerapan model serta metode pembelajaran di sekolah sehingga diperlukan model dan metode pembelajaran yang tepat dengan kondisi siswa. Melihat kenyataan tersebut, guru mencoba melakukan inovasi pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif.
model pembelajaran koorperatif yang coba diterapkan yaitu Student Team Achievement Division (STAD). Dengan model pembelajaran ini diharapkan hasil belajar akademik peserta didik meningkat, peserta didik menjadi lebih aktif dan dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta berkembangnya keterampilan sosial.
Model Cooperative Learning tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin (dalam Slavin, 1995) merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif. Adapun alasan mengapa memilih STAD yaitu sebagai alternatif pemecahan masalah karena dalam model Cooperative Learning tipe STAD siswa dibagi dalam kelompok dengan beraneka ragam, dalam hal akademik, jenis kelamin dan ras.
STAD menjadikan peran guru lebih aktif dan lebih terfokus sebagai fasilitator, mediator, motivator dan evaluator. Siswa mempunyai dua tanggung jawab belajar, yaitu belajar untuk dirinya sendiri dan juga belajar untuk kelompoknya. Pengelompokan siswa secara heterogen membuat kompetisi yang terjadi di kelas menjadi lebih hidup sehingga Prestasi dan hasil belajar yang baik bisa didapatkan oleh semua anggota kelompok. Kuis yang terdapat pada langkah pembelajaran membuat siswa lebih termotivasi. Kuis tersebut juga meningkatkan tanggung jawab individu karena nilai akhir kelompok dipengaruhi nilai kuis yang dikerjakan secara individu.
Dalam kelompok, siswa akan berdiskusi dan presentasi serta menyelesaikan kuis-kuis. Melalui proses belajar yang dialami sendiri oleh siswa, diharapkan siswa akan lebih senang mengikuti pembelajaran, sehingga prestasi belajar mereka akan meningkat. Selain itu, penerapan model Cooperative Learning tipe STAD diharapkan dapat tercipta suasana belajar siswa aktif yang saling berkomunikasi, saling mendengar, saling berbagi, saling memberi dan saling menerima. Keadaan tersebut selain dapat meningkatkan kemampuan menganalisis karakteristik geografis dan kehidupan sosial budaya di wilayah ASEAN juga meningkatkan interaksi sosial siswa.
Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa melalui model Cooperative Learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan peserta didik dalam menganalisis karakateristik geografis dan kehidupan sosial budaya di wilayah ASEAN. Hal itu dibuktikan dengan peningkatan hasil belajar yang dialami siswa kelas VI SD Negeri Tampingwinarno, Selain itu keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran juga meningkat. Hal ini ditandai dengan siswa semakin berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasana kelas menjadi lebih hidup. Guru memberikan respon positif karena penerapan melalui model Cooperatif Learning tipe STAD dapat melibatkan siswa di dalam pembelajaran secara optimal yang menempatkan dalam kelompok kerja dan bekerjasama dalam Menganalisis karakateristik geografis dan kehidupan sosial budaya di wilayah ASEAN. (bp2/zal)
Guru SDN Tampingwinarno, Kendal