RADARSEMARANG.COM, Hampir setiap saat suatu instansi baik formal maupun nonformal menyelenggarakan suatu kegiatanSemua kegiatan yang telah dilakukan harus diikuti mulai awal hingga akhir. Hasil dari kegiatan akan dituangkan dalam bentuk laporan kegiatan. Laporan kegiatan yang bersifat objektif, juga dikenal dengan karya ilmiah.
Karya ilmiah ada yang disusun sederhana, namun ada yang lengkap. Penulisan karya ilmiah banyak ketentuan yang harus dipatuhi, misalnya sistematikanya harus urut, isinya objektif, dan menggunakan pilihan kata yang bersifat impersonal. Dalam menjelaskan isi dalam karya ilmiah memerlukan kelugasan dalam kebahasaannya, dan menghindari kata atau kalimat yang ambigu atau bermakna ganda.
Selama ini guru menyajikan materi mengenai karya ilmiah sudah sangat detail. Namun setelah menugasi peserta didik untuk menyusun karya ilmiah, ternyata hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Penilaian tugas menyusun karya ilmiah siswa kelas XI SMAN 1 Cepu prestasi yang dicapai masih jauh dari yang diharapkan. Dengan pembelajaran yang masih terfokus pada guru, siswa sulit untuk menelaah materi. Rupanya peserta didik tidak hanya sekadar teori yang dibutuhkan, melainkan penanganan khusus untuk menyelesaikan masalahnya dalam setiap langkah.
Mengingat kompleksnya permasalahan dan aturan yang harus dipatuhi dalam menyusun karya ilmiah, diperlukan suatu tindakan yang dapat mempertajam dalam mendalami wawasan tentang karya ilmiah. Untuk lebih mengefektifkan dalam menyusun karya ilmiah, penulis perlu menerapkan metode yang tepat yaitu dengan membimbing secara face to face.
Menurut Abu Ahmadi (1991:1), bahwa bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu (peserta didik) agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan, mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih baik. Adapun face to face arti dalam kamus Inggris-Indonesia terjemahannya adalah menghadapkan muka. Yaitu suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan antara dua subjek yang saling bertatapan muka secara langsung.
Untuk mengkaji materi lebih mendalam dan efektif, maka terlebih dahulu peserta didik harus mendiskusikan masalahnya dalam kelompok dengan seksama. Semua permasalahan yang tidak bisa dipecahkan dalam kelompok dicatat untuk dikonsultasikan kepada guru. Selanjutnya guru akan memberikan layanan berupa bimbingan secara face to face untuk setiap kelompok atau individu.
Untuk lebih memudahkan dalam membimbing, guru membuat penjadwalan secara urut dimulai dari bagian pembuka yang terdiri dari halaman judul, halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, dan daftar tabel. Dilanjutkan dengan bagian isi yang meliputi bab 1 tentang pendahuluan, bab 2 berisi kajian pustaka, bab 3 mengenai metodologi, bab 4 pembahasan, dan terakhir bab 5 penutup. Pada bagian ini karena merupakan hal yang pokok, maka pembimbingannya bisa dilakukan setiap bab. Baru yang terakhir bagian penunjang meliputi daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Setiap kelompok akan diberi kesempatan untuk menyampaikan masalahnya pada guru dan guru akan menanggapi semua masalah yang ada. Dengan menghadap secara langsung peserta didik akan bebas mengungkapkan permasalahan secara mendalam dan guru pun akan memberi penjelasan secara detail, sehingga siswa merasa lebih puas dan bertambah jelas. (fbs1/ton)
Guru Bahasa Indonesia SMA N 1 Cepu