RADARSEMARANG.COM, UNESCO menyebutkan Indonesia berada pada urutan kedua dari bawah soal literasi dunia, artinya minat baca sangat rendah. Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001%. Oleh sebab itu pemerintah mencanangkan Gerakan Literasi Sekolah, untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Kebanyakan siswa masih enggan untuk membaca. Karena membaca belum dirasakan sebagai kebutuhan. Para siswa beranggapan bahwa membaca merupakan kewajiban, karena diperintah guru atau jika aka nada ulangan.
Membaca adalah potensi dasar kemampuan siswa. Siswa yang kemampuan membacanya minim akan berdampak pada hasil belajarnya. Oleh sebab itu perlu upaya untuk meningkatkan minat baca siswa. Siswa kelas 1 SDN 01 Wonopringgo masih memilki minat baca yang rendah. Buku-buku di sudut baca tidak dibaca, sedikit sekali siswa yang memanfaatkan waktu senggannya untuk membaca di perpustakaan.
Hal ini dikarenakan minat baca siswa masih rendah. Mengingat pentingnya membaca dalam proses belajar, maka dibutuhkan upaya untuk dapat meningkatkan minat baca siswa salah satunya dengan buku cerita bergambar (cergam). Buku- buku yang ada di sudut baca kelas 1 diganti dengan buku cerita bergambar. Karena kebanyakan buku yang ada adalah buku fiksi yang minim gambar dan kurang menarik perhatian siswa.
Buku cerita bergambar merupakan buku bacaan yang di dalamnya terdapat cerita disertai dengan gambar. Gambar pada buku menggambarkan suasana di dalam cerita baik itu dalam bentuk dongeng, legenda ataupun cerita binatang (fabel). Menurut Elmaiya cerita bergambar adalah sejenis komik atau gambar yang diberi teks.Teknik menggambar cerita bergambar dibuat berdasarkan cerita dengan berbagai sudut pandang penggambaran yang menarik.
Nurgiyanto mengatakan buku bergambar merupakan salah satu strategi dalam menarik perhatian anak dan pembaca pada umumnya. Buku bergambar menjadi daya tarik untuk semangat membaca buku. Ilustrasi yang disiratkan dalam bacaan memperjelas makna kata.
Karena ilustrasi merupakan teks visual dengan maksud agar buku tampil menarik dan anak tertarik untuk membaca buku. Krisnawan juga menjelaskan bahwa buku cerita bergambar merupakan buku yang di buat dengan memadukan cerita, gambar dan bahasa yang sederhana serta dikemas dengan halaman sampul yang menarik. Buku cerita bergambar sebagai media untuk menarik minat membaca siswa kelas 1.
Nurgiyantoro juga menjelaskan bahwa dengan gambar-gambar cerita menarik yang dihadirkan, siswa akan membaca dengan penuh kesungguhan, mengikuti dan mencoba memahami alur gambar aksi yang dilihatnya, gambar tersebut akan menjadi salah satu daya gerak mengembangkan fantasi lewat imajinasi dan logika.
Siswa kelas 1 SD tergolong dalam tahap operasional konkret dimana mereka lebih menyukai sumber belajar yang menarik perhatian dan minat. Sehingga harapan kedepan siswa-siswa memiliki minat baca yang tinggi. Diawali dengan membaca cergam dan berlanjut kepada membaca buku buku yang lain. Semakin banyak bacaan yang dibaca juga berkaitan erat dengan kemampuan menulis anak. Semakin banyak bacaan yang dibaca, makan semakin luas pengetahuan atau informasi yang diperoleh, yang bisa dijadikan gagasan dalam menulis. Dengan minat baca yang tinggi kemampuan yang diperoleh anak adalah membaca dan menulis.
Anak kelas 1 mulai meningkat minat bacanya dengan membaca buku cerita bergambar yang menarik perhatian anak. Sudut baca penuh dengan anak yang membaca. Buku cerita bergambar di perpustakaan diburu anak untuk dibaca. Mereka berlomba-lomba membaca buku cerita bergambar. Hal ini juga mendorong siswa kelas lain untuk ikut membaca di perpustakaan. Sehingga minat baca anak di sekolahpun juga meningkat. Membaca akan menjadi kebiasaan anak. Anak akan semakin banyak ilmu pengetahuan yang diperolehnya. Hal ini sesuai dengan tujuan GLS yakni mewujudkan pembiasaan membaca.
Buku cerita bergambar mampu meningkatkan minat baca anak kelas 1 karena anak-anak lebih tertarik dan merasa senang membaca cerita disertai gambar dan warna yang menarik. (fbs1/lis)
Guru SD Negeri 01 Wonopringgo, Kec. Wonopringgo, Kabupaten Pekalongan