RADARSEMARANG.COM, PEMBELAJARAN matematika yang diberikan hanya menggunakan langkah-langkah linear, menjadikan peserta didik hanya menghafalkan prosedur yang diberikan oleh guru, tanpa memahami isinya. Namun jika diberikan pemecahan masalah (problem solving) yang melibatkan beberapa langkah, mereka seperti kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Mereka tidak sadar bahwa soal yang diberikan adalah soal yang tingkatannya lebih tinggi sehingga diperlukan langkah-langkah kreatif untuk memecahkannya. Salah satunya adalah model pembelajaran berbasis masalah, yakni problem based learning (PBL).
Dari pengamatan penulis, siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Kesesi sebenarnya mempunyai kreativitas yang cukup tinggi. Tetapi belum pernah disalurkan dalam pembelajaran matematika. Dengan menggunakan Mind Mapping diharapkan dapat mengembangkan kreativitas peserta didik dalam memecahkan masalah.
Mind mapping yang dikembangkan oleh Tony Buzan pada tahun 1970 merupakan cara mencatat yang kreatif, efektif dan secara harfiah memetakan pikiran-pikiran kita. Informasi kompetensi sajian permasalahan terbuka, kelompok, presentasi hasil diskusi kelompok, kesimpulan dari hasil kelompok, evaluasi dan refleksi. Mind mapping tampil berupa tulisan yang dilengkapi dengan simbol dan gambar. Mind mapping memudahkan peserta didik memahami konsep atau materi secara bertahap, menuliskannya dengan cara menarik, sehingga memudahkan peserta didik untuk me-review apa yang telah dipelajari. Mind mapping adalah metode untuk memaksimalkan potensi pikiran manusia dengan menggunakan otak kiri dan otak kanan secara simultan. Diharapkan dengan model mind mapping peserta didik lebih aktif dan hasil belajar dapat meningkat.
Langkah pertama, guru menjelaskan tentang cara membuat mind mapping antara lain tentang pusat dan cabang-cabangnya, menuliskan apa yang diketahui dari soal pusat gambar, sedang cabang-cabang adalah langkah–langkah pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan contoh membuat mind mapping yang diterapkan langsung pada materi definisi fungsi, domain, kodomain, dan range. Langkah kedua, pembentukan kelompok yang terdiri atas dua atau tiga anak. Tiap kelompok diberikan kesempatan untuk melakukan diskusi mengenai permasalahan yang diberikan oleh guru. Langkah ketiga, guru menjelaskan tentang menyatakan fungsi, dan menghitung nilai fungsi. Kemudian tiap kelompok diarahkan untuk menyelesaikan soal-soal dengan mind mapping. Langkah keempat, guru meminta kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Langkah terakhir, yakni kelima, guru dan peserta didik bersama-sama membuat kesimpulan.
Hasil pengamatan pada saat proses pembelajaran matematika pada materi relasi dan fungsi dengan model mind mapping adalah sebagai berikut, 1) peserta didik memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh. 2) Peserta didik antusias dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. 3) Peserta didik menjawab soal dengan mind mapping yang menarik. 4) Peserta didik memberi gagasan yang cemerlang. 5) Peserta didik bertanya pada guru jika ada masalah. 6) Peserta didik saling membantu teman yang belum mengerti. 7) Peserta didik menunjukkan la dapat meningkatkan langkah penyelesaian yang kreatif.
Model mind mapping dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah matematika dan dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas VIII SMP Negeri 2 Kesesi pada materi Relasi dan Fungsi. Mind Mapping juga sangat menyenangkan karena peserta didik dapat menggunakan warna dalam mendiskripsikan kreativitas mereka. (dj1/ida)
Guru Matematika SMPN 2 Kesesi, Kabupaten Pekalongan