RADARSEMARANG.COM, Mewabahnya Covid-19 memaksa dunia pendidikan harus melaksanakan pembelajaran secara daring atau online. Menurut Dabbagh dan Ritland (2005:15), pembelajaran secara daring atau online adalah sistem belajar yang terbuka dan tersebar dengan menggunakan perangkat pedagogi (alat bantu pendidikan). Yang dimungkinkan melalui internet dan teknologi berbasis jaringan untuk memfasilitasi pembentukan proses belajar dan pengetahuan melalui aksi dan interaksi yang berarti.
Selanjutnya Dabbagh dan Ritland mengatakan ada tiga komponen pada pembelajaran secara daring atau online yaitu model pembelajaran, strategi instruksional dan pembelajaran, serta media pembelajaran secara daring atau online.
Ketiga komponen ini membentuk suatu keterkaitan interaktif, yang di dalamnya terdapat suatu model pembelajaran yang mengarah ke spesifikasi strategi instruksional dan pembelajaran untuk memudahkan belajar melalui penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran.
Dari pendapat di atas, penulis sebagai kepala sekolah menyimpulkan bahwa untuk terlaksananya pembelajaran secara daring ada dua hal yang perlu dipersiapkan yaitu sarana prasarana pembelajaran dan sumber daya manusianya. Sarana prasarana untuk memenuhi media pembelajaran, sedangkan model serta strategi instruksional dan pembelajaran dapat dipenuhi oleh sumber daya manusia yang berkompeten. Dalam hal ini, sumber daya manusia tersebut adalah guru.
Dalam pembelajaran secara daring, guru harus mampu mempersiapkan bahan atau materi ajar yang berbeda dengan pembelajaran yang dilaksanakan secara tatap muka. Guru diharapkan mengetahui dan menguasai berbagai aplikasi sebagai media pembelajaran daring yang diperlukan untuk menyampaikan bahan atau materi ajarnya kepada peserta didik di rumah. Guru perlu mengolah pembelajaran dengan berbagai metode dan model pembelajaran agar pembelajaran tetap efektif, efisien, serta menyenangkan.
Pembelajaran secara daring memaksa guru untuk lebih mengembangkan dan meningkatkan kompetensinya. Guru yang sudah terbiasa mengajar dengan pola konvensional dan gagap teknologi harus segera keluar dari zona nyamannya. Guru yang tidak terbiasa menggunakan laptop harus mulai belajar mengoperasikannya. Smartphone yang selama ini hanya dipakai whatsapp, instagram, facebook, harus lebih dimanfaatkan dan dipergunakan untuk kelancaran pembelajaran secara daring.
Seiring berjalannya waktu, terhitung sejak bulan Maret 2020, setelah lebih kurang 6 (enam) bulan masa pandemi Covid-19 ini melanda negeri kita, sekarang guru sudah terbiasa menggunakan dan mengoperasikan laptopnya. Guru terbiasa menyiapkan dan menyampaikan materi ajar dengan powerpoint. Guru kerap mengadakan zoom meeting dengan menggunakan smartphone-nya. Website sekolah yang biasanya sepi mulai ramai oleh pengunjung dan pengisi konten. Pemandangan guru yang membuat video pembelajaran sudah merupakan hal biasa. Guru terbiasa mengikuti pelatihan atau seminar dengan zoom webinar untuk meningkatkan kompetensinya Istilah-istilah zoom, zenius, google class room, google form, google meet, youtube, website, ruang guru, dan aplikasi lain yang bertebaran di dunia maya, baik yang gratis maupun yang berbayar, mulai akrab di telinga warga sekolah. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran untuk memfasilitasi dan menunjang pelaksanaan pembelajaran secara daring atau online.
Mewabahnya Covid-19 yang memaksa pembelajaran dilaksanakan secara daring dan memaksa guru untuk mengajar tidak seperti biasanya, ternyata berdampak pada peningkatan dan pengembangan kompetensi atau kemampuan guru dalam bidang informasi dan teknologi (IT). Paling tidak, itu yang dirasakan dan terjadi di SMP Negeri 17 Depok Jawa Barat. Awalnya terpaksa akhirnya terbiasa. (pai1/lis)
Guru SMP Negeri 17 Depok, Jawa Barat