RADARSEMARANG.COM, MATEMATIKA sebagai pokok dari segala ilmu (mother of science). Sudah menjadi keharusan bahwa matematika harus dipelajari sejak dini. Hal ini karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak dapat dipisahkan dengan matematika.
Makanya, pemahaman terhadap matematika diperoleh dari proses panjang dalam pembelajaran. Matematika harus dipelajari sedini mungkin oleh peserta didik melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Mengajarkan matematika sesungguhnya tidaklah sekedar bahwa guru menyiapkan dan menyampaikan aturan-aturan dan definisi-definisi, serta prosedur bagi peserta didik hafalkan. Seharusnya, dalam mengajarkan matematika adalah bagaimana guru melibatkan siswa sebagai peserta didik yang aktif dalam proses belajar sebagai upaya mendorong peserta didik membangun atau mengonstruksi pengetahuannya. Dalam proses belajar tersebut, hendaknya diingat bahwa di akhir rangkaian kegiatan belajar mengajar, kompetensi-kompetensi penalaran, koneksi, komunikasi, representasi harus sudah tampak sebagai hasil belajar peserta didik. Karena itu, dalam proses pembelajaran hendaknya diarahkan munculnya kompetensi-kompetensi tersebut yang dianjurkan agar kegiatan tersebut dapat terjadi pada setiap jenjang pendidikan (NCTM dalam Sabandar, 2008).
Keberhasilan dari pembelajaran merupakan tujuan utama seorang guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam pembelajaran komponen utamanya adalah guru dan peserta didik, di samping komponen-komponen lain sebagai pendukung. Ditinjau dari komponen guru, harus mampu membimbing peserta didik sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan pengetahuannya sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan metode yang tepat sehingga dapat membantu peserta didik dalam menerima konsep yang diajarkan secara efektif. Ditinjau dari komponen peserta didik, keberhasilan belajar sangat ditentukan oleh kemauan berlatih dan konsep-konsep awal yang telah diterima sebelumnya. Terutama yang relevan dengan materi yang dipelajari.
Salah satu hambatan penulis saat mengajar kelas1 SD Negeri Boyolali adalah keterbatasan kemampuan daya nalar siswa yang tidak menguasai tentang konsep dasar dari operasi hitung bilangan. Berdasarkan fakta di atas, muncul suatu gagasan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pelajaran matematika materi pokok operasi hitung bilangan dengan pendekatan Inside-Outside-Circle (Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar).
Dengan pendekatan Inside-Outside-Circle, siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Langkah-langkahnya separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap ke luar, separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama, menghadap ke dalam. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi, kemudian siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum jam (Sukestiyarno dan St Budi Waluyo, 2008). Langkah ini dilakukan dengan harapan agar siswa kelas I dalam menerima konsep pembelajaran matematika dengan materi pokok operasi hitung bilangan lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengamatan guru, ternyata kemampuan siswa setelah menerapkan pendekatan Inside-Outside-Circle meningkat. Buktinya, hasil perolehan nilai evaluasi belajar siswa rata–rata di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM). Selain itu antusiasme dan keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar juga meningkat. (pai1/ida)
Guru SDN Boyolali, Kecamatan Gajah, Kabupaten Demak