RADARSEMARANG.COM, SISWA SMA Negeri 1 Pemalang memiliki banyak kesamaan model dan merek atas barang-barang yang digunakan di tempat umum. Di antaranya, kepemilikan telepon genggam yang bermerek sama, mengenakan pakaian dan aksesoris seperti jam tangan, sepatu dan barang lainnya sama. Bahkan, menonton film dan jenis musik juga sama, mengidolakan aktor dan aktris yang sama, termasuk mengonsumsi makanan dan minuman yang sama. Hal ini mengindikasikan adanya pengaruh kelompok teman sebaya terhadap perilaku konsumsi siswa tersebut.
Perilaku konsumen remaja atau siswa cenderung dipengaruhi oleh teman sebayanya selain keluarga. Hal ini sejalan dengan pendapat Peter dan Olson (2010) yang menyatakan bahwa selain bapak dan ibu, keputusan pembelian pada anak-anak dan orang dewasa keduanya sangat dipengaruhi oleh teman sebayanya. Schiffman dan Kanuk (2008) menegaskan bahwa kebanyakan anak-anak pra remaja memperoleh norma-norma perilaku konsumsi melalui pengamatan terhadap orang tua dan saudara kandung yang lebih tua sebagai model dan sumber petunjuk dalam pembelajaran materi konsumsi atas barang-barang pokok. Sebaliknya para remaja yang berusia belasan tahun, mungkin menjadikan teman-temannya sebagai model perilaku konsumsi yang diterima. Jadi bagi remaja yang berusia belasan tahun, perilaku konsumsinya lebih mengacu pada teman-teman sebaya daripada keluarga. Bentuk perilaku individu dapat dipengaruhi oleh tren yang terjadi di lingkungan.
Tren yang terjadi di masyarakat mengalami perkembangan hingga menemukan momentumnya hingga mencapai puncak kepopuleran dan mulai menurun lenyap ditelan waktu. Pengambilan keputusan membeli merupakan salah satu implementasi pembelajaran ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku konsumen dan produsen serta peranannya dalam kegiatan ekonomi dapat diimplementasikan dalam pengambilan keputusan ekonomi keseharian siswa. Hal itu menunjukkan, 1) lingkungan keluarga mempunyai pengaruh positif terhadap sikap konsumen baik langsung maupun tidak langsung. 2) Lingkungan keluarga mempunyai pengaruh positif secara tidak langsung terhadap perilaku konsumsi, sedangkan pengaruh secara langsung menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan karena pesatnya kemajuan komunikasi dan informasi seperti media sosial dan iklan sangat gencar oleh pelaku pemasaran. Tidaklah heran apabila semua informasi dapat dengan mudah diakses dengan menggunakan handphone yang terkoneksi dengan internet. 3) Pengetahuan ekonomi tidak berpengaruh signifikan. Hal ini disebabkan proses sosialisasi siswa menjadi bagian dari suatu kelompok yang didasarkan pada faktor psikologis yakni motivasi. Motivasi tersebut adalah kebutuhan siswa dalam mempengaruhi pengakuan sosial dari lingkungan sekitarnya. Siswa ingin diterima sama dengan orang lain dan kelompoknya. 4) Pengaruh yang signifikan antara sikap terhadap perilaku konsumsi. Lingkungan keluarga memiliki pengaruh terhadap teman sebaya dalam mempengaruhi perilaku seseorang. Ada hubungan antara lingkungan keluarga dengan perilaku konsumsi. Teman sebaya dan orang tua berpengaruh signifikan pada perilaku konsumsi. Hasilnya bahwa keluarga merupakan lingkungan yang berpengaruh bagi perkembangan anak yang bertanggung jawab terhadap penanaman nilai dan norma dalam pembentukan perilaku anak termasuk berperilaku konsumtif.
Orang tua sebagai panutan baik perilaku positif maupun negatif. Konsumtif berlebihan tidak mempertimbangkan kebutuhan, bisa menyebabkan perilaku negatif dalam berkonsumsi. Orang tua harus menerapkan pengasuhan yang melibatkan emosional anak dalam keluarga. Di samping itu, orang tua hendaknya memantau pergaulan anaknya agar anak selektif dalam memilih teman ataupun teman sebaya. Karena teman sebaya sebagai sumber informasi dalam pengambilan keputusan dalam perilaku konsumsi. (fbs1/ida)
Guru SMAN 1 Pemalang