RADARSEMARANG.COM, SERING kita jumpai keluhan siswa tentang sulitnya belajar matematika ,banyak yang bilang pusing, malas padahal belum mencoba mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal itu di alami siswa kelas 8 di smp 1 sragi kabupaten pekalongan pada KD 3.1 materi pola bilangan siswa mengalami kesulitan pada saat menurunkan rumus suku ke – n (Un) untuk bisa meneruskan suku berikutnya pada barisan bilangan yang diberikan, pola bilangan bisa berupa pola bilangan asli, ganjil, genap, persegi dan masih banyak lagi pola barisan yang lain.hal itu disebabkan karena kurang pahamnya siswa pada saat diterangkan sehingga dalam pikiran mereka tidak muncul ide- ide atau pikiran yang mungkin pas untuk menentukan rumus suku ke – n (Un) ditambah lagi dengan cara guru yang mengajarnya hanya ceramah saja tanpa memperhatikan apakah siswa tersebut sudah paham atau belum, penampilan guru yang memasang wajah galak, menyuruh siswa mengerjakan di depan kelas menambah komplit ketegangan yang dirasakan oleh siswa pada saat pelajaran matematika berlangsung. Hal itulah yang mengakibatkan hasil prestasi terutama nilai pada materi pola bilangan menjadi kurang maksimal.
Pembelajaran yang diberikan dengan metode ceramah, pemberian tugas akan membuat siswa cenderung malas dan cepat bosan. Oleh karena itu guru harus pandai mencari model pembelajaran yang bersifat GASING yaitu gampang, asik dan menyenangkan sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri muncul Salah satu cara menumbuhkan semangat siswa dalam belajar matematika yaitu dengan penerapan model pembelajaran yang tepat .Dengan menggunakan pembelajaran BIDAK ternyata materi pola bilangan tersebut bisa diterima siswa dan mendapatkan hasil yang lebih baik dari yang sebelumnya.
Pembelajaran BIDAK adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan keunggulan pembelajaran koorperatif dan pembelajaran individual yang memanfaatkan perbedaan kemampuan individu dengan belajar kelompok. BIDAK dari singkatan Bantuan Individual dalam Kelompok merupakan model pembelajaran (TAI) yaitu Team Assisted Individualization, dikembangkan oleh slavin, leavy, kraweit dan madden pada tahun 1982 sampai tahun 1985 dalam buku Cooperative Learning : Theory Research and Practice (Warsono dan Haryanto, 2013). Model pembelajaran ini bisa mengatasi kesulitan siswa dalam memecahkan masalah. Model ini memperhatikan perbedaan pengetahuan awal tiap siswa untuk mencapai prestasi belajar.
Langkah–langkah yang dipakai untuk model pembelajaran BIDAK yaitu: Tes penempatan, guru memberikan tes awal sebagai pengukur untuk menempatkan siswa pada kelompoknya. Siswa yang mendapat nilai tinggi dalam tes akan ditempatkan dengan anak yang sedang atau rendah, sehingga kelompok yang terbentuk merupakan kelompok yang heterogen tingkat kemampuanya. Hal ini bisa juga di lihat dari hasil ulangan harian keseharianya. Pembentukan kelompok, guru membagi tiap – tiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa dipilih berdasarkan hasil tes penempatan. Belajar secara individu, setiap siswa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru secara individu.
Belajar kelompok, masing – masing siswa saling mengoreksi hasil kerjaan teman satu kelompoknya dan mencari penyelesaian yang benar. Perhitungan nilai kelompok, perhitungan nilai kelompok dilaksanakan setelah siswa diberi tes akhir, masing – masing siswa mengerjakan tes secara individu dan hasilnya di rata-rata menurut kelompoknya. Nilai itu yang menjadi nilai kelompoknya. Pemberian penghargaan kelompok, kelompok dengan nilai tertinggi pada setiap akhir siklus akan mendapat hadiah bisa berupa hadiah atau pujian.
Pembelajaran materi pola bilangan kelas 8 di SMP 1 Sragi dengan menggunakan Model Pembelajaran BIDAK ternyata bisa mendapatkan hasil yang lebih baik dari sebelumnya, siswa yang tadinya malas menjadi lebih bersemangat bahkan menjadi aktif, siswa yang tadinya takut bertanya pada guru bisa teratasi karena dalam kelompoknya ada temanya yang pintar dan menjadi tutor sebaya semantara itu dengan model BIDAK siswa yang pintar lebih bisa mengembangkan kemampuan dan ketrampilannya. Seluruh siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar sehingga menjadikan suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan dan hasil belajarnya dapat lebih meningkat. (fbs1/zal)
Guru SMPN 1 Sragi Pekalongan