33 C
Semarang
Saturday, 14 June 2025

Melatih Kepekaan Rasa dengan Berlatih Tari

Artikel Lain

RADARSEMARANG.COM, DALAM pembelajaran seni tari, peserta didik tidak hanya belajar bergerak, tetapi juga belajar mensinkronisasi gerak dengan musik dan kekompakan gerak dengan teman lainnya. Peserta didik dilatih tidak hanya motorik kasar tetapi juga motorik halus. Di dalam berlatih tari, peserta didik harus belajar meniru dan menurunkan egonya ketika menari. Mereka harus belajar menyesuaikan geraknya agar sama dengan pelatih dan sama dengan teman-teman lainnya dalam kelompok. Kecerdasan emosional peserta didik dilatih.

Pelajaran seni tari adalah pelajaran yang lebih banyak memerlukan aktivitas fisik, penghayatan dan perasaan dari pada aktivitas lainnya. Penghayatan melalui olah rasa dapat dipelajari melalui berbagai proses, di antaranya adalah membiasakan diri mendengarkan musik atau iringan tari secara terus menerus. Dengan demikian, dapat mengenali jenis-jenis irama yang digunakan sebagai musik pengiring. Contoh irama pembaca masuk ke irama dadi atau dapat membedakan irama lancaran dengan ladrang ataupun ketawang dan lain–lain. Dalam kenyataannya mempelajari sebuah tari banyak sekali menggunakan metode hitungan dengan sistem imam (HSI).

Kecenderungan mempergunakan sistem imam dalam mempelajari tari merupakan suatu kegiatan peniruan gerak. Sejak dulu dalam perkumpulan atau kursus–kursus tari, biasanya bahan praktik tari yang diberikan sebagai pelajaran yang harus ditiru dan guru biasanya menyampaikan dengan hitungan, 1–2–3–4–5–6–7–8 ( Dho garha, 1980:54). Untuk mengatasi hal ini, sangat dibutuhkan perhatian, ketelatenan dan proses. Agar pembelajaran dapat diserap dan diterima siswa secara maksimal.

Di dalam tari terdapat jiwa. Dan jiwa manusia memiliki 3 aspek yang berbeda-beda yaitu, kehendak, akal, dan rasa atau emosi. Dalam seni tari, rasa berperan penting seperti yang telah dikemukakan oleh Susanne-K Langer bahwa tari adalah dinikmati dengan rasa. Dengan demikian, jika siswa dibiasakan dengan irama dan mengenali iringan, maka lambat laun siswa akan menguasai berbagai irama dan gerakan akan selaras dengan iramanya pula.

Salah satu upaya yang penulis lakukan untuk meningkatkan kepekaan rasa dalam seni tari melalui pembelajaran dengan metode hitung di SMP Negeri 1 Kajen, khususnya pada pelajaran tari daerah setempat pada kelas VIIA adalah memadukan antara hitungan dengan irama sebagai contoh pada hitungan ke-8, irama jatuh pada gong, dalam hal ini tak luput dari tiga unsur pelengkap dalam tari, yang antara lain adalah wiraga, wirama, dan wirasa. Wiraga berarti raga atau penampilan gerakan para penari. Wirama adalah irama atau gerakan agar selaras untuk mencapai keharmonisan. Sedangkan wirasa adalah penjiwaan, penghayatan, dan pengekspresian gerak dalam tari. Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, menjadikan ketiga itu sebagai filosofi dalam pengasuhan anak. Utamanya dalam mengawal tumbuh kembang seorang anak hingga dewasa.

Kepekaan rasa dapat berhasil melalui olah rasa yang dilakukan secara terus menerus dan kontinyu. Seperti yang telah dikemukakan oleh Sussan K Lenger bahwa tari adalah gerak yang dibentuk secara ekspresif yang diciptakan oleh manusia untuk dapat dinikmati dengan rasa. Dari apa yang telah ditegaskan Sussan K Lenger jelas bahwa dalam seni, rasa memegang peran terpenting. (dj2/ida)

Guru Seni Budaya SMPN 1 Kajen, Kabupaten Pekalongan


Artikel Terkait

Sementara Itu ..

Terbaru

Populer

Menarik

Lainnya