RADARSEMARANG.COM, Siswa SMA Negeri 1 Karangrayung dalam mengikuti pelajaran matematika mempunyai kecenderungan sebagai berikut: Pertama, kemandirian siswa dalam belajar matematika juga belum nampak, banyak ditemukan siswa tidak mengetahui apa yang akan dipelajari, banyak ditemukan siswa yang tidak mengerjakan tugas-tugas yang diberikan guru, juga banyak siswa yang mengerjakan tidak tepat waktu dalam pengumpulan tugas. Kedua, keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran matematika masih kurang, hanya beberapa siswa saja yang aktif, mayoritas siswa jarang sekali yang mengemukakan ide. Ketiga, siswa menganggap bahwa matematika merupakan pelajaran yang sulit dan menakutkan. Keempat, kurangnya rasa tanggungjawab dalam diri siswa sehingga mengakibatkan siswa malas dalam memecahkan masalah dan mengerjakan soal.
Untuk mengatasi masalah di atas, maka dalam proses pembelajaran dibutuhkan suatu model pembelajaran yang membuat siswa bisa bekerjasama dalam mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model pembelajaran yang dapat pula meningkatkan keaktifan belajar siswa selama pembelajaran berlangsung. Salah satu alternatif pembelajaran yang memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi adalah model PBL.
Selcuk (2010) strategi pembelajaran PBL merupakan strategi pembelajaran yang mendorong siswa untuk aktif dan menjadi percaya diri dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran PBL dapat mendorong siswa aktif sehingga dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Strategi pembelajaran PBL memiliki keunggulan yaitu dalam pembelajarannya melatih siswa untuk bisa berpikir logis dan terampil berpikir rasional dalam memecahkan suatu masalah.
Problem Based Learning (PBL) telah dikenal sejak zaman John Dewey, yang sekarang ini mulai diangkat sebab ditinjau secara umum PBL menyajikan kepada siswa situasi masalah yang otentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan inkuiri. Menurut Dewey, belajar berdasarkan masalah adalah interaksi antara stimulus dengan respon, merupakan hubungan antara dua arah belajar dan lingkungan. Lingkungan memberi masukan kepada siswa berupa bantuan dan masalah, sedangkan sistem saraf otak berfungsi menafsirkan bantuan itu secara efektif sehingga masalah yang dihadapi dapat diselidiki, dinilai, dianalisis serta dicari pemecahannya dengan baik. Pengalaman siswa yang diperoleh dari lingkungan akan dijadikan bahan dan materi guna memperoleh pengertian serta bisa dijadikan pedoman dan tujuan belajarnya.
Nurhadi (2004) mengungkapkan bahwa langkah-langkah PBL yaitu: tahap pertama orientasi siswa pada masalah, tahap kedua mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap ketiga membimbing penyelidikan individu dan kelompok, tahap keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan tahap yang terakhir adalah menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Artinya langkah-langkah yang digunakan dalam strategi pembelajaran PBL dapat memberikan pengaruh yang baik dalam belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran matematika materi Trigonometri dengan metode PBL di SMA Negeri 1 Karangrayung berjalan dengan lancar. Pembelajaran matematika dengan PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya materi Trigonometri. Untuk itu disarankan kepada para guru agar menggunakan model pembelajaran PBL dalam pembelajaran matematika. (gm1/ton)
Guru Matematika SMA Negeri 1 Karangrayung Kabupaten Grobogan