RADARSEMARANG.COM, Pembelajaran diartikan sebagai proses belajar yang dibangun guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. Serta dapat meningkatkan kemampuan untuk meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pelajaran.
Namun pada kenyataannya kadang siswa mengalami kesulitan pada pembelajaran. Seperti kesulitan dalam memusatkan perhatian atau mengingat yang berujung pada rendahnya hasil pembelajaran. Salah satu mata pelajaran yang menuntut siswa untuk selalu memusatkan perhatiannya dalam proses pembelajarannya adalah mata pelajaran matematika.
Lemahnya matematika pada diri siswa dapat diartikan sebagai kurang berhasilnya proses pembelajaran matematika. Penyebabnya bisa dari motivasi siswa, kinerja guru yang kurang baik, serta sarana dan prasarana yang kurang memadai maupun model pembelajaran yang digunakan.
Peran guru sangatlah besar untuk keberhasilan peserta didik maka guru harus tepat dalam mendesign pembelajarannya dengan baik. Yaitu dengan memilih pendekatan maupun model pembelajaran yang dilakukan di kelas agar menyenangkan, tidak membosankan sehingga siswa dapat menguasai materi yang dipelajari karena terlibat secara aktif. Sebagai upaya melakukan inovasi pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi matriks salah satunya melalui model make a Match.
Hal ini pernah diterapkan pada siswa SMAN 2 Pemalang yang mampu membuat suasana pembelajaran yang menarik, dan menyenangkan. Keunggulan make a match, siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan karena siswa terlibat langsung dan mendapatkan pengalaman nyata dalam kegiatan pembelajaran.
Kegiatan pembelajaran yang diberikan guru dalam kelas adalah membuka pelajaran, menyiapkan kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, memberikan kesempatan siswa bertanya, menjawab pertanyaan siswa, dan menjelaskan aturan bermain make a match.
Menurut Ciandra dalam Novia (2013 : 18) tahapan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru dalam model make a match antara lain : pertama, tahap persiapan, guru membagi siswa menjadi 3 kelompok, kelompok 1 merupakan kelompok pembawa kartu berisi pertanyaan, kelompok 2 pembawa kartu berisi jawaban dan kelompok 3 berfungsi sebagai penilai.
Atur posisi kelompok tersebut berbentuk huruf U, upayakan kelompok 1 berhadapan dengan kelompok 2. Kemudian pada tahap penyampaian, jika masing – masing kelompok telah berada diposisi yang ditentukan maka guru memberi aba-aba sebagai tanda agar kelompok 1 dan 2 bergerak mencari pasangan masing-masing sesuai pertanyaan atau jawaban yang terdapat di kartunya.
Berikan kesempatan mereka untuk berdiskusi. Tahapan selanjutnya penampilan hasil, pasangan yang terbentuk wajib menunjukkan pertanyaan dengan jawaban kepada kelompok penilai. Kemudian kelompok penilai membacakan apakah pasangan pertanyaan dan jawaban itu cocok. Guru kembali memberi aba-aba, kemudian pemegang kartu pertanyaan dan jawaban bergerak mencari pasangannya. Maka setiap pasangan menunjukkan hasil kerja kepada penilai. Jika pasangan cocok maka diberi reward berupa poin nilai. Salah diberi hukuman sesuai dengan kesepakatan bersama. Guru bersama siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran. Proses pembelajaran lebih menarik, aktif dan tampak sebagian besar siswa antusias mengikuti proses pembelajaran pada saat mencari pasangan kartunya.
Model pembelajaran make a match yang pernah diterapkan di SMA Negeri 2 Pemalang pada pelajaran matematika disarankan dapat diterapkan di kelas yang siswanya cenderung pasif, yang susah bersosialisasi dan susah bekerja sama. Karena model pembelajaran ini siswanya dapat bekerja sama, mencari pasangan sambil memahami suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. (gm2/lis)
Guru Matematika SMA Negeri 2 Pemalang