RADARSEMARANG.COM, GURU di era pandemi/pagebluk Covid-19, tetap sangat dinantikan kehadirannya oleh peserta didik. Banyak orang tua yang merasa kewalahan dengan anaknya sendiri. Orang tua menginginkan dan berharap supaya anaknya bisa cepat sekolah normal kembali. Meski guru dan anak didik sudah tak bisa bertatap muka langsung, anak didik akan terus dan terus mencari figur gurunya. Oleh karena figure seorang guru tak bisa tergantikan dengan alat elektronik yang begitu canggihnya. Karena diucapkan dan perkataan guru sangatlah mengandung arti, guru setiap bertutur kata menggunakan perasaan dan intonasi yang bisa membangkitkan motivasi dalam diri anak didik.
Sudah hampir 6 bulan anak didik diminta untuk belajar dari rumah. Guru diwajibkan memberikan pembelajaran lewat daring. Tetapi hasrat anak ingin bertemu gurunya yang begitu tinggi. Bahkan, keinginan itu tak bisa dibendung oleh guru yang ingin ketemu anak didiknya. Rasa kangen itu membuat beberapa guru yang semula gaptek dengan ilmu komunikasi internet. Mau tak mau harus belajar dan belajar untuk bisa. Karena hanya dengan alat komunikasi internet itulah, guru bisa menyapa, bisa membimbing, mengarahkan anak didiknya.
Beberapa guru yang bukan dari generasi Z berusaha untuk mempelajari apa itu dunia maya, dan belajar untuk langsung mempraktikkan dalam pembelajarannya. Tak sedikit dari beberapa guru menggandeng putra-putri mereka untuk melatih penggunaan dari aplikasi-aplikasi yang ada. Sebuah niat dan keinginan serta profesionalitas mereka sebagai seorang guru menjadi dorongan yang begitu kuat untuk membimbing dan mencerdaskan anak bangsa.
Guru berupaya meningkatkan dan menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan efisien. Guru tidak hanya harus disiplin dalam melaksanakan tugasnya, tetapi guru juga harus rela dan mau mematuhi semua aturan dan norma yang di tetapka oleh dinas yang menaunginya.
Suatu proses pembelajaran akan di katakana berhasil jika ada beberapa faktor di antaranya adalah faktor guru. Tugas guru adalah mendidik tugas yang sangat mulia yaitu dalam rangka membangun manusia Indonesia seutuhnya, manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, percaya diri, bermoral dan bertanggung jawab. Seorang manusia tak akan dihormati oleh orang lain jikalau dia tak bisa menghormati dirinya, meski sangatlah cerdas. Tetapi kalau tidak memiliki etika yang baik, dia tak akan dihormati.
Penulis memiliki sebuah pandangan bahwa kinerja guru menjadi salah satu unsur dalam upaya meningkatkan mutu sekolah. Kinerja guru yang meliputi kedisiplinan dan etos kerja yang tinggi menjadi pondasinya.
Sebagai kepala sekolah, keinginan penulis adalah meningkatkan disiplin guru dalam kehadiran mengajar meski lewat daring. Maka dari itu, guru bisa meningkat kedisiplinannya dan kehadirannya dalam mengajar butuh adanya sebuah reward dan punishment. Artinya, pemberian penghargaan dan hukuman. Penghargaan bukan hanya berbentuk materi, pujian bisa menjadi bagiannya. Sedangkan teguran bisa menjadi bagian dari hukuman. (dar2/ida)
Kepala SMPN 12 Semarang